🧏♂️KEBENARAN ITU LOGIS🧏♂️
Kita
bisa mengetahui apa yang kita ketahui tentang Allah karena pikiran bisa diterapkan pada realitas. Dalam
konteksnya, pengetahuan itu mungkin.
Jika pikiran tidak bisa diterapkan pada realitas, kita tidak bisa mengetahui apa-apa. Logika merupakan
perkiraan yang perlu untuk semua
pemikiran. Tanpa logika [hukum pemikiran], kita bahkan tidak bisa berpikir. Tetapi apakah hanya
perkiraan? Bagaimana kita tahu bahwa logika bisa diterapkan pada realitas?
Kita bisa mengetahui itu karena hal itu tidak bisa disangkal.
Nah,
ini membawa kita kembali pada prinsip-prinsip pertama yang terbukti sendiri yang telah kita
sebutkan sebelumnya. Jangan biarkan hal ifu menakutkan Anda. Anda bisa mengenal
Winnie-the-Pooh, bukan? Nah, Pooh
memiliki petualangan yang bisa menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip yang membuktikan diri sendiri bekerja.
Ia sedang berjalan menembus
hutan ketika ia sampai di rumah Kelinci.
Jadi
ia membungkukkan badan, memasukkan kepalanya ke dalam lobang, dan berteriak memanggil:
'Apakah ada orang di rumah?" Tiba-tiba ada suara ribut-ribut dari
dalam lobang, dan kemudian sunyi.
"Saya
berkata, Apakah ada orang di rumah?"' seru Pooh dengan suara keras.
"Tidak!"
kata sebuah suara, dan kemudian dilanjutkan, "Kamu tidak perlu berteriak begitu keras.
Saya sudah mendengar kamu dengan
baik sejak pertama kali."
"Payah!"
kata Pooh. "Tidak adakah seseorang di sini sama sekali?"
"Tidak
ada seorang pun."
Winnie-the-Pooh
mengeluarkan kepalanya dari lobang, dan berpikir sejenak, dan ia berkata pada dirinya
sendiri, "Pasti ada seseorang di sana, karena seseorang telah berkata
'Tidak ada seorang pun."
Lihat,
hal itu begitu sederhana. Kita telah melakukan hal itu bersama-sama sepanjang buku ini.
Prinsip yang membuktikan diri sendiri adalah prinsip yang tidak bisa
disangkal tanpa asumsi bahwa hal itu benar dalam proses penyangkalannya. Pernyataan kelinci itu sungguh-sungguh bertolak belakang dengan ini. Pernyataan itu menyangkal diri sendiri, dan Anda telah melihat kata tersebut beberapa kali dalam bab ini. Jika Anda harus menyimpulkan bahwa kalimat itu benar untuk menyangkalnya, hal itu sesungguhnya tidak bisa disangkal. Prinsip-prinsip pertama, yang merupakan titik awal untuk semua
kebenaran dan merupakan fondasi bagi
semua pemikiran, merupakan jenis pernyataan semacam itu.
Logika
yang diterapkan pada realitas adalah contoh utama. Nah, semua logika bisa diringkas menjadi
satu aksioma tunggal - hukum nonkontradiksi. Hukum ini mengatakan bahwa dua
pernyataan yang saling bertentangan
tidak bisa kedua-duanya benar pada saat yang sama dalam pengertian yang sama. Ahli logika
biasanya sekadar menyederhanakan bahwa A bukan non-A. Jika kita berusaha
menyangkal itu, kita mendapatkan,
"Dua pernyataan yang bertentangan bisa benar," atau “A bukan [bukan non-A]." Kedua
penyataan ini mengandung problem. Keduanya mengasumsikan apa yang
berusaha mereka sangkal. Dalam pernyataan
pertama, ia masih menyatakan bahwa bisa ada kebenaran tanpa hukum non-kontradiksi. Tetapijika
hal yang bertentangan bisa benar kedua-duanya, tidak ada perbedaan
antara benar dengan salah, jadi
pernyataan ini tidak mungkin benar,
seperti klaim yang ia buat. Bentuk simbolis itu melakukan hal yang sama
dengan berpaut pada ide bahwa A masih
bisa dikenali dari hal lainnya. Hukum non-kontradiksi tidak bisa disangkal karena setiap penyangkalan
menyiratkan bahwa hal yang bertentangan
tidak mungkin benar, dan bahwa itu persis adalah pernyataan yang sedang disangkal. Jadi
kita menemukan bahwa dasar dari
logika adalah prinsip pertama yang tidak bisa disangkal.
Tetapi
pernyataan, "Logika bisa diterapkan pada realitas," juga tidak bisa disangkal. Untuk mengatakan
bahwa logika tidak bisa diterapkan
pada realitas, Anda harus membuat pernyataan logis tentang itu. Tetapi jika diperlukan pernyataan
logis untuk menyangkal logika, tindakan
Anda menyangkal tujuan dari kata-kata Anda. Yang mana pun pilihannya, logika harus diterapkan
pada realitas. Dan jika logika bisa diterapkan pada realitas, kita bisa
menggunakan hal itu untuk menguji klaim kebenaran tentang realitas.
Tetapi
mari kita mundur. Mengapa harus ada prinsip pertama yang membuktikan diri sencliri dan tidak
bisa disangkal? Seperti telah dikatakan sebelumnya, agnostikisme menyangkal
dirinya sendiri. Kita mengetahui sesuatu. Dan kita tahu bahwa tidak
mungkin setiap klaim kebenaran tergantung
pada kebenaran lainnya sehingga menyebabkan langkah mundur yang tidak terbatas berkembang.
Sebab itu, harus ada kebenaran yang
berdiri pada dirinya sendiri dan tidak memerlukan pembuktian lagi. Kita bisa berdiri di belakang mereka
atau "melihat melalui" mereka untuk menemukan mengapa mereka seperti itu.
Itulah sebabnya mengapa mereka disebut
prinsip-prinsip pertama - mereka tidak memiliki prinsip lain sebelum mereka. Bukan karena mereka
tidak bisa dibuktikan; sebaliknya, mereka membuktikan dirinya sendiri
karena tidak dapat disangkal.
Sesungguhnya,
kita bisa mengetahui bahwa ide-ide ini membuktikan dirinya sendiri berdasarkan intuisi,
tanpa harus menguji mereka dengan berusaha menyangkal hal itu. Tetapi
kadang-kadang kita tidak memahami apa arti sesungguhnya hal itu, dan
ujian penyangkalan membuktikan hal itu. Dengan kata lain, kadang-kadang
ide-ide itu terbukti pada dirinya sendiri, tetapi bukan bagi kita karena
kita tidak memahami hal itu dengan cukup baik. Hal itu menjelaskan mengapa
kebenaran-kebenaran ini tidak diterima
secara universal dan mengapa kita kadang-kadang harus memeriksa hal itu untuk melihat bahwa
ide-ide itu tidak dapat disangkal.
Apakah
kebenaran yang membuktikan diri sendiri itu? Kita bisa menemukan beberapa contoh dalam setiap
bidang pemikiran. Tanpa memberikan
penjelasan, berikut ada beberapa contoh. Semua ini sudah digunakan paling sedikit satu kali
dalam buku ini. Perhatikan apakah Anda bisa mengenali hal itu pada saat Anda
menggunakan buku ini.
I. Dalil yang
membuktikan diri sendiri tentang logika
A.
Hukum non-kontradiksi [A bukan non-A].
B.
Hukum identitas [A sama dengan A].
C.
Hukum antara perkecualian [A atau non-A].
D.
Hukum kesimpulan yang sah.
II. Dalil
yang membuktikan diri sendiri tentang pengetahuan
A.
Sesuatu bisa diketahui.
B.
Hal yang bertentangan tidak mungkin benar.
C.
Segala sesuatu tidak bisa salah.
III. Dalil
yang membuktikan diri sendiri tentang eksistensi
A.
Sesuatu ada [misalnya, Saya berbuat].
B. Tidak ada apa-apa tidak bisa menghasilkan sesuatu.
C. Segala sesuatu yang menjadi ada memiliki penyebab.
Prinsip-prinsip
ini menjadi dasar bagi semua pengetahuan. Dari tahap ini, logika dan bukti bisa
meneguhkan bahwa TUHAN (YHWH) ADA dan bahwa Yesus Kristus
adalah PRIBADI dalam kenosis-Nya yang disebut sebagai "ANAK". Kebenaran memiliki fondasi yang absolut dalam prinsip-prinsip pertama yang tidak bisa
disangkal dan hal itu bisa diuji melalui
sarana logika karena pada akhirnya hal itu sesuai dengan realitas. Kekristenan menyatakan diri benar dan
ia meminta semua orang untuk masuk
dan makan bersama di meja kebenaran.
💁♂️FIDES QUAERENS INTELLECTUM🧏♂️
✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:
Posting Komentar