Halaman

Jumat, 19 Desember 2025

🕵️‍♀️APAKAH KEBENARAN ITU LOGIS❓🙄

 


🧏‍♂️KEBENARAN ITU LOGIS🧏‍♂️



            Kita bisa mengetahui apa yang kita ketahui tentang Allah karena pikiran bisa diterapkan pada realitas. Dalam konteksnya, pengetahuan itu mungkin. Jika pikiran tidak bisa diterapkan pada realitas, kita tidak bisa mengetahui apa-apa. Logika merupakan perkiraan yang perlu untuk semua pemikiran. Tanpa logika [hukum pemikiran], kita bahkan tidak bisa berpikir. Tetapi apakah hanya perkiraan? Bagaimana kita tahu bahwa logika bisa diterapkan pada realitas? Kita bisa mengetahui itu karena hal itu tidak bisa disangkal.

Nah, ini membawa kita kembali pada prinsip-prinsip pertama yang terbukti sendiri yang telah kita sebutkan sebelumnya. Jangan biarkan hal ifu menakutkan Anda. Anda bisa mengenal Winnie-the-Pooh, bukan? Nah, Pooh memiliki petualangan yang bisa menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip yang membuktikan diri sendiri bekerja. Ia sedang berjalan menembus hutan ketika ia sampai di rumah Kelinci.

Jadi ia membungkukkan badan, memasukkan kepalanya ke dalam lobang, dan berteriak memanggil: 'Apakah ada orang di rumah?" Tiba-tiba ada suara ribut-ribut dari dalam lobang, dan kemudian sunyi.

"Saya berkata, Apakah ada orang di rumah?"' seru Pooh dengan suara keras.

"Tidak!" kata sebuah suara, dan kemudian dilanjutkan, "Kamu tidak perlu berteriak begitu keras. Saya sudah mendengar kamu dengan baik sejak pertama kali."

"Payah!" kata Pooh. "Tidak adakah seseorang di sini sama sekali?"

"Tidak ada seorang pun."

Winnie-the-Pooh mengeluarkan kepalanya dari lobang, dan berpikir sejenak, dan ia berkata pada dirinya sendiri, "Pasti ada seseorang di sana, karena seseorang telah berkata 'Tidak ada seorang pun."

Lihat, hal itu begitu sederhana. Kita telah melakukan hal itu bersama-sama sepanjang buku ini. Prinsip yang membuktikan diri sendiri adalah prinsip yang tidak bisa disangkal tanpa asumsi bahwa hal itu benar dalam proses penyangkalannya. Pernyataan kelinci itu sungguh-sungguh bertolak belakang dengan ini. Pernyataan itu menyangkal diri sendiri, dan Anda telah melihat kata tersebut beberapa kali dalam bab ini. Jika Anda harus menyimpulkan bahwa kalimat itu benar untuk menyangkalnya, hal itu sesungguhnya tidak bisa disangkal. Prinsip-prinsip pertama, yang merupakan titik awal untuk semua kebenaran dan merupakan fondasi bagi semua pemikiran, merupakan jenis pernyataan semacam itu.

Logika yang diterapkan pada realitas adalah contoh utama. Nah, semua logika bisa diringkas menjadi satu aksioma tunggal - hukum nonkontradiksi. Hukum ini mengatakan bahwa dua pernyataan yang saling bertentangan tidak bisa kedua-duanya benar pada saat yang sama dalam pengertian yang sama. Ahli logika biasanya sekadar menyederhanakan bahwa A bukan non-A. Jika kita berusaha menyangkal itu, kita mendapatkan, "Dua pernyataan yang bertentangan bisa benar," atau A bukan [bukan non-A]." Kedua penyataan ini mengandung problem. Keduanya mengasumsikan apa yang berusaha mereka sangkal. Dalam pernyataan pertama, ia masih menyatakan bahwa bisa ada kebenaran tanpa hukum non-kontradiksi. Tetapijika hal yang bertentangan bisa benar kedua-duanya, tidak ada perbedaan antara benar dengan salah, jadi

pernyataan ini tidak mungkin benar, seperti klaim yang ia buat. Bentuk simbolis itu melakukan hal yang sama dengan berpaut pada ide bahwa A masih bisa dikenali dari hal lainnya. Hukum non-kontradiksi tidak bisa disangkal karena setiap penyangkalan menyiratkan bahwa hal yang bertentangan tidak mungkin benar, dan bahwa itu persis adalah pernyataan yang sedang disangkal. Jadi kita menemukan bahwa dasar dari logika adalah prinsip pertama yang tidak bisa disangkal.

Tetapi pernyataan, "Logika bisa diterapkan pada realitas," juga tidak bisa disangkal. Untuk mengatakan bahwa logika tidak bisa diterapkan pada realitas, Anda harus membuat pernyataan logis tentang itu. Tetapi jika diperlukan pernyataan logis untuk menyangkal logika, tindakan Anda menyangkal tujuan dari kata-kata Anda. Yang mana pun pilihannya, logika harus diterapkan pada realitas. Dan jika logika bisa diterapkan pada realitas, kita bisa menggunakan hal itu untuk menguji klaim kebenaran tentang realitas.

Tetapi mari kita mundur. Mengapa harus ada prinsip pertama yang membuktikan diri sencliri dan tidak bisa disangkal? Seperti telah dikatakan sebelumnya, agnostikisme menyangkal dirinya sendiri. Kita mengetahui sesuatu. Dan kita tahu bahwa tidak mungkin setiap klaim kebenaran tergantung pada kebenaran lainnya sehingga menyebabkan langkah mundur yang tidak terbatas berkembang. Sebab itu, harus ada kebenaran yang berdiri pada dirinya sendiri dan tidak memerlukan pembuktian lagi. Kita bisa berdiri di belakang mereka atau "melihat melalui" mereka untuk menemukan mengapa mereka seperti itu. Itulah sebabnya mengapa mereka disebut prinsip-prinsip pertama - mereka tidak memiliki prinsip lain sebelum mereka. Bukan karena mereka tidak bisa dibuktikan; sebaliknya, mereka membuktikan dirinya sendiri karena tidak dapat disangkal.

Sesungguhnya, kita bisa mengetahui bahwa ide-ide ini membuktikan dirinya sendiri berdasarkan intuisi, tanpa harus menguji mereka dengan berusaha menyangkal hal itu. Tetapi kadang-kadang kita tidak memahami apa arti sesungguhnya hal itu, dan ujian penyangkalan membuktikan hal itu. Dengan kata lain, kadang-kadang ide-ide itu terbukti pada dirinya sendiri, tetapi bukan bagi kita karena kita tidak memahami hal itu dengan cukup baik. Hal itu menjelaskan mengapa kebenaran-kebenaran ini tidak diterima secara universal dan mengapa kita kadang-kadang harus memeriksa hal itu untuk melihat bahwa ide-ide itu tidak dapat disangkal.

Apakah kebenaran yang membuktikan diri sendiri itu? Kita bisa menemukan beberapa contoh dalam setiap bidang pemikiran. Tanpa memberikan penjelasan, berikut ada beberapa contoh. Semua ini sudah digunakan paling sedikit satu kali dalam buku ini. Perhatikan apakah Anda bisa mengenali hal itu pada saat Anda menggunakan buku ini.

               I.   Dalil yang membuktikan diri sendiri tentang logika


A. Hukum non-kontradiksi [A bukan non-A].

B. Hukum identitas [A sama dengan A].

C. Hukum antara perkecualian [A atau non-A].

D. Hukum kesimpulan yang sah.

              II.   Dalil yang membuktikan diri sendiri tentang pengetahuan


A. Sesuatu bisa diketahui.

B. Hal yang bertentangan tidak mungkin benar.

C. Segala sesuatu tidak bisa salah.

             III.   Dalil yang membuktikan diri sendiri tentang eksistensi


A. Sesuatu ada [misalnya, Saya berbuat].

B. Tidak ada apa-apa tidak bisa menghasilkan sesuatu.

C. Segala sesuatu yang menjadi ada memiliki penyebab.

Prinsip-prinsip ini menjadi dasar bagi semua pengetahuan. Dari tahap ini, logika dan bukti bisa meneguhkan bahwa TUHAN (YHWH) ADA dan bahwa Yesus Kristus adalah PRIBADI dalam kenosis-Nya yang disebut sebagai "ANAK". Kebenaran memiliki fondasi yang absolut dalam prinsip-prinsip pertama yang tidak bisa disangkal dan hal itu bisa diuji melalui sarana logika karena pada akhirnya hal itu sesuai dengan realitas. Kekristenan menyatakan diri benar dan ia meminta semua orang untuk masuk dan makan bersama di meja kebenaran.


💁‍♂️FIDES QUAERENS INTELLECTUM🧏‍♂️




Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:

Posting Komentar