PARTISI 2
MENIMBANG
A. JABATAN DAN PELAYANAN IMAM BESAR
A.1. DI DALAM TABERNAKEL, PERJANJIAN LAMA
Pelayanan dalam Tabernakel (Kemah Pertemuan) untuk bangsa Israel dipimpin oleh seorang Imam Besar dibantu para Imam lainnya dan orang-orang Lewi.
Dalam Taurat Musa, Imam mengemban tugas pelayanan yang khusus bagi Allah dan harus menjadi seorang yang sangat istimewa di hadapan-Nya; maka Alah memberikan petunjuk-petunjuk yang terperinci bagi pelantikan seorang imam.
Para Imam diberi pakaian khusus yang harus dipakai selama mereka melayani. Sebelum hal ini dapat dilakukan, mereka harus menanggalkan pakaian lama mereka dan harus mandi lebih dahulu. Hal ini berbeda dengan pembasuhan pada Bejana Pembasuhan yang harus dilakukan setiap hari sebelum mereka melayani di Tempat Kudus. Sesudah itu barulah mereka siap untuk mengenakan pakaian Imam yang khusus.
Lalu kau suruhlah Harun dan anak-anaknya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan haruslah engkau membasuh mereka dengan air.
Kemudian kauambillah pakaian itu, lalu kaukenakanlah kepada Harun kemeja, gamis baju efod, dan baju efod serta tutup dada; kaukebatkanlah sabuk baju efod kepadanya;
πkautaruhlah serban di kepalanya dan jamang yang kudus kaububuh pada serban itu. – Keluaran 29:4-6 –
Walaupun para Imam sudah mengenakan pakaian khusus, mereka belum siap untuk melayani. Mereka haruslah juga menerima urapan khusus yang perlu untuk jabatannya. Dan urapan khusus tersebut menggunakan “minyak urapan”. Dimulai dari Imam Besar, kemudian para Imam di bawahnya.
Anda perlu mencatat, menggaris bawahi dan mengingatnya baik-baik, “minyak urapan” tidak boleh dibuat copy-annya (digandakan/dibajak) dengan cara apapun atau dengan menggunakan komposisi apapun dan oleh siapapun, karena Allah sendiri yang menentukan bahan-bahannya, komposisi, cara pembuatan, penggunaannya, pemegang hak ciptanya sekaligus hukuman atas mereka yang melanggar dan yang tidak layak untuk menerima percikan minyak urapan tersebut.
Dalam kitab Keluaran pasal 30, Firman Allah diberitakan pada bangsa Israel melalui Musa mengenai segala ketetapan dan peraturan berhubungan dengan minyak urapan yang akan dipakai dalam Tabernakel dan juga untuk pelantikan imam-imam.
π30:22. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
π30:23. “Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal,
π30:24. dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin.
π30:25. Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus.
π30:26. Haruslah engkau mengurapi dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut hukum,
π30:27. meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan mezbah pembakaran ukupan;
π30:28 mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya.
π30:29. Haruslah kaukuduskan semuanya, sehingga menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepadanya akan menjadi kudus.
π30:30. Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku.
π30:31. Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun.
π30:32. Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kaubuat minyak yang semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu.
π30:33. Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya.
Setelah diurapi dengan minyak urapan sebagai tanda kesiapan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pentahbisan Imam Besar dengan mengorbankan tiga ekor binatang yang tambun dan sehat, yang masing-masingnya memberi pengertian atau tujuan : pertama, umat Israel harus menyembelih seekor lembu jantan sebagai korban penghapus dosa; kedua, sebagai korban bakaran, dikorbankan seekor domba jantan, yang harus dibakar sampai habis dan terakhir adalah menyembelih seekor domba jantan yang lain sebagai persembahan pentahbisan – untuk ini, para Imam boleh memakan sebagian dagingnya.
Secara rohani, semua yang dilakukan oleh para Imam terhadap ke tiga binatang tersebut merupakan simbolis dari apa yang akan dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus kemudian. Marilah kita cermati bersama. Lembu jantan yang dipersembahkan sebagai korban penghapus dosa melambangkan pengorbanan Yesus di atas bukit Tengkorak (Golgota). Untuk upacara ini, Harun dan anak-anaknya meletakkan tangan mereka ke atas kepala lembu jantan itu, mengakui dosa-dosa mereka dan dengan iman memindahkan dosa mereka kepada lembu jantan itu. Kemudian mereka membunuhnya, menuangkan darahnya di bagian bawah mezbah dan membakar habis lembu itu.
Untuk kedua domba jantan yang juga turut dikorbankan, masing-masing mempunyai aturan pelaksanaannya. Domba jantan yang pertama disembelih, dipotong-potong, dibasuh (dicuci dengan air) dan kemudian dibakar sampai habis di atas Mezbah sebagai korban bakaran. Korban bakaran menunjuk pada penyerahan. Dalam bahasa Ibrani berarti “seluruhnya – naik ke atas”.
Domba jantan yang kedua menunjuk pada persembahan pentahbisan tetapi domba itu mempunyai hubungan yang nyata dengan Imam. Darah domba jantan yang kedua ini di “cap”-kan (dibubuhkan) pada cuping-telinga kanan, ibu jari tangan kanan dan ibu jari kaki kanan. Bagian dada dan bahu diberikan kepada para Imam untuk dimakan. Darah yang dibubuhkan pada telinga kanan menggambarkan “kehendak yang telah diabaikan”. Para Imam dapat mendengar suara dunia atau suara Allah. Darah yang dibubuhkan pada ibu jari tangan kanan berbicara mengenai “pelayanan yang mengabdi”. Semua bakat dan kesanggupan Imam harus seluruhnya diabdikan pada Allah. Darah yang dibubuhkan pada ibu jari kaki kanan melambangkan “hidup yang mengabdi”.
Seorang Imam besar Israel selalu melayani sebagai perantara umat itu dengan Allah, tetapi hal ini dilakukan degan lebih nyata pada hari Pendamaian daripada di waktu-waktu lain dalam satu tahun berjalan. Kegiatan ini adalah sebuah upacara yang diadakan hanya sekali dalam setahun dan sekaligus merupakan gambaran pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Dilakukan hanya sekali untuk selama-lamanya.
Berikut kutipan beberapa referensi ayat firman Allah yang terdapat dalam kitab Imamat :
π16:2. Firman TUHAN kepadanya: “Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
π16:3. Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
π16:5. Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
π16:6. Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya.
π16:7. Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan,
π16:8. dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel.
π16:9. Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa.
π16:10. Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun.
π16:11. Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu.
π16:15. Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.
π16:16. Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka.
π16:29. Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu.
π16:30. Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN.
π16:34. Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka.” Maka Harun melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Selesai mempersembahkan korban pagi yang biasa, Imam Besar haruslah menanggalkan pakaian indahnya dan mengenakan pakaian lenan putih, lambang kemurnian hidup dan pelayanan. Kemudian, pertama-tama ia harus mempersembahkan seekor lembu jantan sebagai korban penghapus dosa bagi dirinya dan bagi keluarganya. Biasanya darah ini dicurahkan semuanya pada bagian bawah Mezbah Tembaga di halaman Kemah Suci. Tetapi pada pelaksanaan persembahan kali ini darah itu ditaruh dalam sebuah bokor yang akan dibawa masuk ke Tempat Kudus. Imam Besar mengambil bara api dari Mezbah Pembakaran Ukupan dan sedikit ukupan yang ditaruhnya dalam perbaraan. Saat ia membuka tabir yang tergantung antara Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus, asap dari ukupan di atas bara itu bergulung-gulung ke atas sehingga menutupi Tutup Pendamaian dari pemandangannya. Jika ia tidak melakukan hal ini, maka ia pasti mati.
π“Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.” – Imamat 16:13 –
Kemudian, Imam Besar mengambil darah lembu jantan yang telah disembelih itu, mencelupkan jari-jarinya kedalam bokor yang berisi darah itu lalu memercikkannya ke atas Tutup Pendamaian dan ke depannya tujuh kali. Imam Besar berani masuk kedalam Tempat Mahakudus, hanya dengan satu alasan, karena ia membawa darah pendamaian untuk dipersembahkan.
Sesudah mengadakan pendamaian bagi dirinya sendiri, Imam Besar kembali ke pintu Kemah Suci untuk menerima dua ekor kambing jantan. Dua ekor kambing tersebut di undi untuk menentukan mana yang akan menjadi kambing persembahan buat Tuhan yang akan dipersembahkan di atas mezbah dan yang satunya akan disebut kambing umat Israel.
Langkah selanjutnya, Imam Besar mengambil kambing tersebut, membunuhnya dan mempersembahkannya di atas Mezbah Tembaga. Kemudian ia mengambil sedikit darahnya, masuk ke Tempat Mahakudus dan memercikkan darah korban disana tujuh kali. Ia juga menaruh sebagian dari darah itu dan darah korban yang dipersembahkan bagi dirinya sendiri di atas mezbah pembakaran ukupan dalam Tempat Kudus. Lalu, badan lembu jantan yang telah dipersembahkan sebagai korban penghapus dosa itu dibakar habis di laur perkemahan.
Kambing kedua disebut juga kambing bagi Azazel. Di depan pintu Kemah Suci, Imam Besar meletakkan tangannya ke atas kepala kambing itu dan mengakui semua dosa umat itu. Sesudah itu, kambing tersebut dilepaskan di padang gurun untuk tidak kembali lagi.
Saat-saat yang paling khidmat dan menegangkan dari pelayanan Imam Besar di Kemah Suci adalah ketika ia memasuki Tempat Mahakudus. Seluruh umat Israel tahu bahwa apabila terjadi pelanggaran kecil saja terhadap peraturan Allah pada saat ia masuk ke hadirat-Nya, maka Imam Besar tersebut pasti akan mati di dalamnya. Sehingga setiap Imam Besar yang akan memasuki Tempat Mahakudus dipasangkan semacam asesoris yang berbunyi (sejenis bel kecil atau giring-giring) pada tepi jubah atau pakaiannya, supaya umat dapat memantau gerakan Imam Besar selama berada di dalam Tempat Mahakudus. Bila tidak terdengar lagi bunyi “bel” maka dapatlah dipastikan bahwa Imam Besar tersebut telah mati. Jika tidak maka tahulah mereka bahwa Allah telah menerima korban itu dan pendamaian telah dilaksanakannya.
π“Pada ujung gamis itu haruslah kaubuat buah delima dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi, pada sekeliling ujung gamis itu, dan di antaranya berselang-seling giring-giring emas, sehingga satu giring-giring emas dan satu buah delima selalu berselang-seling, pada ujung gamis itu.
πHaruslah gamis itu dipakai Harun, apabila ia menyelenggarakan kebaktian, dan bunyinya harus kedengaran, apabila ia masuk ke dalam tempat kudus di hadapan TUHAN dan apabila ia keluar pula, supaya ia jangan mati.
πDibuat merekalah giring-giring dari emas murni dan ditaruhlah giring-giring itu di antara buah delima, pada ujung gamis itu, berselang-seling di antara buah delima itu, sehingga satu giring-giring dan satu buah delima selalu berselang-seling, pada sekeliling ujung gamis, yang dipakai apabila diselenggarakan kebaktian seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.” – Keluaran 28:33-35, 39:25-26 –
Imam Besar, imam-imam dan orang-orang Lewi di dalam Perjanjian Lama harus tunduk, taat dan loyal dalam melaksanakan pelayanan pendamaian bagi umat Israel di dalam Kemah Suci sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat Musa.
π“Dan orang-orang yang lain, yakni: para imam dan orang-orang Lewi, para penunggu pintu gerbang, para penyanyi, para budak di bait Allah dan segala orang yang memisahkan diri dari penduduk negeri untuk patuh kepada hukum Allah, serta isteri mereka, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, begitu juga semua orang yang cukup dewasa untuk mengerti, menggabungkan diri dengan saudara-saudara mereka, yakni pemuka-pemuka mereka itu. Mereka bersumpah kutuk untuk hidup menurut hukum Allah yang diberikan dengan perantaraan Musa, hamba Allah itu, dan untuk tetap mengikuti dan melakukan segala perintah TUHAN, yakni Tuhan kami, serta segala peraturan dan ketetapan-Nya.” – Nehemia 10:28-29 –
berrsambung ... PARTISI 2 πA.2. DI DALAM PERJANJIAN BARU✍
0 comments:
Posting Komentar