PELOPOR REFORMASI GEREJA
Reformasi menurut McDonald dalam Western Political Theory adalah sebagai
perubahan simbol-simbol banyak kekuatan dan
fungsi gereja pada abad pertengahan
menuju tatanan kehidupan masyarakat sekuler. Sehingga reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang.
Reformasi
gereja adalah
sebuah
upaya
perbaikan
dan kembali pada
ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap
penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan oleh
pihak
Gereja
Katoliik
pada waktu
itu
terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa (disebut surat aflat). Surat pengampunan
itu dijual
kepada mereka yang tidak dapat ikut dalam perang salib antara abad 11-13,
Kebiasaan penjualan Surat pengampunan dosa kemudian dilakukan untuk
mengumpulkan dana bagi pembangunan
geraja dan seterusnya. Faktor lain dari
munculnya Reformasi Gereja adalah keinginan untuk membebaskan diri dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan beragama di negara-negara
Eropa. Hal ini
tampak pada pertikaian antara raja Frederik II dari Prusia dengan Paus Innocencius
pada abad 13,
raja
Phillip IV
dari
Prancis dengan Paus Bonifacus pada abad 14.
Gerakan Reformasi
gereja bermula dari Kemelut di Gereja Barat dan Kekaisaran
Romawi Suci memuncaK
dengan Kepausan Avignon (1308 - 1378), dan skisma
kepausan (1378-1416), hal ini membangkitkan peperangan antara para pangeran, pemberontakan di antara petani,
dan keprihatinan
yang
meluas terhadap rusaknya sistem kebiaraan dan gereja katolik.
Gerakan
reformasi adalah suatu nasionalisme baru juga menantang dunia abad pertengahan dan
meluas secara
internasionalis. Salah satu perspektif yang paling
menghancurkan dan radikal sendi-sendi gereja pada waktu itu. Gerakan ini pertama-
tama
muncul dari John Wyclif 1320-1384 di Universitas
Oxford,
kemudian dari John Huss 1369-1415
di Universitas
Praha, dan Desiderus Erasmus (1466-1536), dan Thomas
More (1478-1575).
Gereja Katolik Roma secara resmi menyimpulkan perdebatan ini di Konsili Konstanz (1414-1418). Konklaf mengutuk John Huss yang dihukum mati, padahal ia datang dengan jaminan keamanan. Sementara Wyclif secara anumerta dihukum bakar sebagai seorang penyesat. Konstans mengukuhkan dan memperkuat konsepsi abad pertengahan yang tradisional tentang gereja dan kekaisaran. Konsili ini tidak membahas ketegangan nasional, ataupun ketegangan teologis yang muncul pada abad sebelumnya. Konsili tidak dapat mencegah skisma dan Perang Huss di Bohemia.
Gerakan ini kemudian berkembang dengan berbagai tokohnya melahirkan banyak pemikiran baru tentang bagaimana masyarakat seharusnya ditata. Hal inilah yang mengakibatkan tercetusnya Reformasi Protestan. Setelah runtuhnya lembaga- lembaga biara dan skolastisisme di Eropa pada akhir abad pertengahan, yang diperparah oleh Pembuangan ke Babel dari Kepausan Avignon, Skisma Besar, dan kegagalan pembaruan oleh Gerakan Konsiliar, pada abad ke-16 mulai matang perdebatan budaya yang besar mengenai pembaruan keagamaan dan kemudian juga nilai-nilai keagamaan yang dasariah. Para ahli sejarah pada umumnya mengasumsikan bahwa kegagalan untuk mereformasi (terlalu banyak kepentingan pribadi, kurangnya koordinasi di kalangan koalisi pembarua), akhirnya menyebabkan gejolak yang lebih besar atau bahkan revolusi, karena sistemnya akhirnya harus disesuaikan atau runtuh, dan kegagalan Gerakan Konsiliar melahirkan Reformasi Protestan di Eropa bagian barat. Gerakan-gerakan reformis yang frustrasi ini merentang dari nominalisme, ibadah modern, hingga humanisme yang terjadi berbarengan dengan kekuatan-kekuatan ekonomi, politik dan demografi yang ikut menyebabkan ketidakpuasan yang kian meningkat terhadap kekayaan dan kekuasaan kaum agamawan elit, membuat masyarakat semakin peka terhadap kehancuran finansial dan moral dari gereja Renaisans yang sekular. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh wabah pes mendorong penataan ulang secara radikal ekonomi dan akhirnya juga masyarakat Eropa. Namun demikian, di kalangan pusat-pusat kota yang bermunculan, bencana yang terjadi pada abad ke-14 dan awal abad ke-15, dan kekurangan tenaga kerja yang ditimbulkannya, merupakan dorongan kuat bagi diversifikasi ekonomi dan inovasi teknologi.
REFORMASI GEREJA
Selanjutnya reformasi Gereja berkembang dan memunculkan tokoh-tokoh reformer yaitu Martin Luther (1483-1546), Johannes calvin (1509-1564), dan Bodin (1530-1596). Pada tahun 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu gereja Wittenberg. Pendapatnya antara lain: Amal baik yang tidak keluar dari hati yang murni tidak akan diterima Tuhan. Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristuslah yang dapat diterimaTuhan. Tiap orang dapat langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja. Tiap orang yang menyesali kesalahannya akan terlepas dari hukuman sehingga tidak diperlukan adanya surat pengampunan dosa. Gereja meerupakan perkumpulan orang percaya dan Yesuslah Kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pimpinan agama tidak dapat diterimanya.
Selain mengutamakan ajaran di atas, pada masa pembuangannya Martin Luther
juga menterjemahkan Kitab Injil dari bahasa Latin ke bahasa Jerman sehingga banyak orang dapat memahami isi kitab suci. Reformasi Gereja juga berkembang ke negara-
negera
lain
di
Eropa misalnya tokoh Jean Calvin
dari
Prancis
(1509-1564)
yang
ajarannya disebut Calvinisme banyak pengikutnya di Belanda, Inggris dan Scotlandia.
Tokoh Ulrich Zwingli (1484-1531) dari
Swiss serta munculnya Gereja Anglica di
Inggris
dipelopori oleh raja Henry VIII Tudor (1509-1547).
Reformasi ini berakhir dengan pembagian dan pendirian institusi-institusi baru, di antaranya Gereja Lutheran, Gereja-gereja Reformasi, dan Anabaptis. Gerakan ini juga menimbulkan Reformasi Katolik di dalam Gereja Katolik Roma. Rancangan teologis dan latar belakangnya disusun pada Konsili Trente (1548-1563), ketika Roma memukul balik gagasan-gagasan fundamental yang dibela oleh para Reformator, seperti Luther.
Reformasi Gereja dan Renaisans
Reformasi
gereja diilhami dari terjadinya renaisan
pada abad pertengahan, menghasilkan pemikiran Barat
kearah modern dan mempunyai rujukan
jelas
menuju
liberalisme dan kebebasan. Renaisans adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali
manusia Barat setelah tertidur lama pada masa yang disebut “abad kegelapan” (dark ages).
Kata ini berasal
dari bahasa Itali,
rinascimento, yang berarti “terlahir kembali.”
Sementara itu, “reformasi” adalah gerakan pembaharuan keagamaan Kristen.
Inti
dari gerakan ini adalah sikap protes terhadap Gereja Katolik yang dinilai otoriter, kaku, dan tak bersahabat terhadap
perubahan zaman.
Karenanya, gerakan ini
kemudian disebut sebagai gerakan Protestan.
Baik renaisans maupun reformasi menjadi landasan utama bagi sejarah
peradaban Barat
modern selanjutnya. Dua kata ini kemudian dipakai untuk menjelaskan
akar sejarah berbagai konsep pemikiran yang muncul di dunia modern, seperti
modernisme, humanisme, rasionalisme,
pragmatisme, dan liberalisme.
Di Eropa, renaisans adalah keinginan untuk mengulangi masa kegemilangan
peradaban Greko-Romawi, yang terjadi pada lima abad terakhir dan tiga
abad pertama sebelum dan sesudah masehi. Pada masa ini,
kebudayaan
Eropa mencapai puncaknya.
Periode kegelapan (dark
ages) adalah masa yang terbentang selama “abad pertengahan” (medieval), yakni masa-masa di mana masyarakat Eropa didominiasi oleh pemerintahan dan kekuasaan agama. Para sejarawan biasanya merujuk antara abad
ke-4 hingga abad ke-15 sebagai
masa-masa peradaban skolastik atau peradaban yang
dikuasai oleh
para penguasa
Gereja. Masa-masa ini
adalah
periode yang ingin dikubur oleh tokoh renaisans.
Reformasi Gereja
dan Modernitas
Reformasi Gereja di Eropa adalah tahapan awal perkembangan modernitas, kata modernitas berasal dari bahasa Inggris yaitu modern, yang artinya of the present or recent times. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, modern berarti terbaru ; mutakhir; sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan pengertian modernitas itu sendiri adalah kemoderenan; yang modern; keadaan modern. Menurut Marshall G.S Hodson, abad modern itu sesugguhnya lebih tepat disebut abad tehnik apalagi jika harus dihindari konotasi moral yang kontroversial pada perkataan “ modern” ( modern berarti baik, maju, dan lain-lain).
Pengalaman Modernitas Dalam
Sejarah
Eropa. Berbicara zaman
modern
di
Eropa sebenaranya tidak akan
terlepas dari peran Islam, karena dengan mempelajari
penemuan-penemuan orang Islam serta
peradaban
Islam lah
Eropa bisa
menyadari
betapa pentingnya revolusi digalakkan sehingga kemudian muncul penemuan- penemuan orang Eropa
sendiri, sehingga
menyebabkan
orang Eropa
maju
dalam berbagai
bidang – dalam ilmu pelayaran misalnya orang-orang Eropa ( yang selanjutnya
akan
disebut Barat) mempelajari cara-cara orang Islam sehingga
kemudian
memunculkan kolonialisme serta imperialisme ke Afrika maupun ke Asia. Barat menerjemahkan secara besar-besaran karya-karya orang Islam dalam berbagai bidang dari filsafat sampai ke teknologi. Dan ini bermula setelah Barat khususnya Kristen kalah dalam perang Salib. Barat mengagumi kebudayaan, teknologi, maupun sains dari orang
Islam. Dan oleh
karena itulah penulis mengatakan
bahwa
penyebab
utama terjadinya modernitas
di Eropa
adalah karena bertemunya Barat
dengan peradaban Islam. Pada abad ke-16 M, Eropa mengalami zaman renaissance ( kelahiran kembali) yang
diawali dengan refomasi gereja, mengingat ketika itu peran gereja sangat kuat bagi kehidupan, sehingga dengan adanya reformasi
gereja, Barat mulai bangkit dari zaman kegelapan. Setidaknya reformasi gereja melahirkan dua
gerakan. Yang pertama
menginginkan
adanya reformasi, sedangkan yang kedua menolak adanya reformasi (kontra reformasi). Martin
Luther,
adalah
tokoh dari gerakan yang pro terhadap reformasi
gereja. Ia menganggap penjualan surat pengampunan dosa sebagai sesuatu
yang tidak wajar dan semestinya. Selain itu ia pun menentang ajaran tradisioanal bahwa
Paus
adalah
penghubung
antara Tuhan dan
Umat
Kristen, karena
ia berpendapat
bahwa setiap manusia bisa berhubungan dengan Tuhan tanpa harus melalui perantara
Sri Paus. Tokoh kedua yang mendukung reformasi gereja ialah John Calvin, dalam ajarannya ia sangat menentang perzinahan, judi, mabuk, dan lagu-lagu porno. Baginya semua perbuatan itu adalah kejahatan dan harus dihukum berat bagi pelakunya. Pokok ajarannya yang menonjol adalah etos kerja dan semangat kerja. Sementara gerakan yang kedua yaitu gerakan yamh kontra reformasi yang diplopori oleh Paus Pius.V, Paus Gregorius XIII, Siktus V, Raja Filipus, dan lain-lain terutama dari kelmpok yang setia kepada ajaran Katolik. Dampaknya bagi kehidupan Barat yang semula gereja mempunyai hak penuh, kini lambat-laun berkurang atau malah habis. Peristiwa kedua yang menurut penulis sangat erat kaitnanya dengan jaman modern Eropa sekaligus berperan penting, ialah revolusi Industri. Revolusi ini mula-mula berkembang di Inggris. Baru kemudian ke semua daratan Eropa dan menyebar ke seluruh dunia. Factor utama terjadinya revolusi industri adalah penemuan yang dialukan oleh Abraham Darby seorang insinyur berkebangsaan Inggris yang berhasil menggunakan batu bara untuk melelehkan besi dan mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna. Juga penemuan mesin uap oleh James Watt, insinyur berkebangsaan Sekotlandia. Hasil temuannya menjadi alat yang dkenal luas dan dimandfaatkan pada pabrik-pabrik seperti pabrik tekstil. Perekembangan tersebut di atas menjadi pendorong munculnya masyarakat modern. Penemuan besar yang merupakan awal peradaban modern pada mesin tenun dan kain. James watt adalah bapak revolusi industri. Karena berkat penemuannyalah yang menentukan perkbangan industri modern. Mula-mula temuannya itu hanya dipergunakan untuk pabrik tekstil, tapi kemudian dengan seiringnya kemajuan zaman dikembangkan untuk sarana transportasi. Penemuan-penemuan demi penemuan terus berkembang sampai kemudian ditemukannya aliran listrik oleh Benjamin Franklin seorang politikus besar Amerika Serikat. Ia menemukan adanya gejala listrik yang berasal dari awan pada tahun 1782 M. penemuan ini pulalah yang belakangan menjadi tolok-ukur penemuan-penemuan di bidang teknologi dan informasi. Peristiwa yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan jaman modern di barat ialah revolusi Prancis pada tahun 1789 M. Revolusi ini mempunyai dampak yang sangat kuat bagi kehidupan internasional dalam berbagai bidang, baik itu politik, ekonomi, maupun sosial. Dalam bidang politik misalnya yang menyebabkan meluasnya paham liberalisme, nasionalisme, serta demokrasi. Di bidang sosial yang menyebabkan penghapusan feodalisme, pendidikan dan pengajaran merata di semua lapisan masyarakat, serta perkembangnya hak asasi manusia di dunia. Kejadian-kejadian diatas kemudian melatarbelakangi imperialisme dan kolonialisme ke Asia maupun ke Afrika.
Reformasi Gereja dan Renaisans merupakan titik tolak dunia modern saat ini yang sekuler, dunia mengarah kepada
kehidupan yang hampa dan terpisah dari agama,
mengutamakan akal dan kebebasan dalam berpikir. Namun pencapaian dunia barat
saat ini tidak diiringi oleh
kebaikan
moral dari agama, sehingga muncul
banyak masalah sosial dan ketimpangan antara si kaya dan si miskin, antara dunia barat dan timur.
Kebebasan yang dihasilkan oleh reformasi
gereja telah membuat dampak yang serius bagi peradaban
dunia saat ini, dan peradaban barat bahkan cenderung menuju
kehancuran, peradaban barat saat ini sudah mencapai titik
kulmulasi, roda peradaban
berputar diganti dengan peradaban bangsa lain.
Analisa Bacaan tentang “The Reformation” McDonald. Lee Cameron, Western Political Theory, Part 2&3. New York: Harcourt Jovanovich, 1968 McDonald. Lee Cameron, Western Political Theory, Part 2&3. New York: Harcourt Jovanovich, 1968. http://wapedia.mobi/id/Reformasi_Protestan#1.
GEREJA MASA KINI DENGAN IBADAH BUATAN SENDIRI
[Kolose 2:23]
Dalam Alkitab, ibadah umumnya mencakup doa, mempersembahkan korban bakaran, menyanyikan puji-pujian, atau membaca hukum Taurat. Dari kegiatan-kegiatan ibadah inilah muncul bentuk ibadah Kristen yang kita kenal sekarang ini.
Ketika bicara tentang ibadah, biasanya kita menghubungkannya dengan kegiatan-kegiatan lahiriah seperti bernyanyi, berdoa, dan mendengarkan khotbah. Tetapi, dari sudut pandang Tuhan, perwujudan-perwujudan lahiriah ini sendiri tidak dianggap sebagai ibadah yang sejati. Jadi apa yang dimaksud dengan beribadah kepada Tuhan? Bagaimana seharusnya kita menyembah Tuhan dan menjadikan ibadah kita dikenan-Nya?
Mungkin akan membantu bila terlebih dahulu kita memeriksa ulang arti kata “menyembah”. Kata “menyembah” berarti “sujud dalam penghormatan”. Ini adalah frasa yang menggambarkan tindakan orang membungkuk di hadapan seseorang yang agung. Ini adalah tanda kerendahhatian dan pengabdian total. Alkitab sering menggunakan kata ini dalam arti seperti ini.
Tetapi intisari ibadah yang sejati bukan terletak pada tindakan membungkuk secara lahiriah, melainkan pada tunduknya si manusia batiniah. Tempat ibadah tidaklah sepenting ruangan hati kita.
Bagi orang-orang yang hanya menaruh perhatian pada bentuk ibadah lahiriah tapi melupakan arti ibadah yang sejati, inilah yang akan Tuhan katakan:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. (Mat. 15:8-9)
Ibadah yang sejati ialah tanggapan sepenuh hati atas kebesaran Tuhan. Berupa penyembahan terhadap Tuhan dan penyerahan sebulat hati. Tuhan jauh lebih memedulikan apa yang mendorong kita beribadah daripada gerakan-gerakan yang kita jalani dalam ibadah.
👉Ibadah dimulai dengan Penyembahan.
Beribadah ialah berada dalam keadaan takjub sepenuhnya akan Tuhan. Satu-satunya motivasi kita untuk beribadah ialah Tuhan. Yang membuat kita berlutut adalah rasa hormat kita kepada-Nya. Karena kasih, kuasa, dan hikmat-Nya jauh lebih besar daripada kasih, kuasa, dan hikmat kita, sewajarnya kita tergerak untuk tunduk kepada-Nya. Jika ibadah kita digerakkan oleh seseorang atau sesuatu yang lain daripada Tuhan, itu bukanlah ibadah yang sejati. Hanya Tuhanlah yang mengilhami ibadah kita. Ketika kita sungguh-sunggguh memikirkan dan merasakan siapa Tuhan itu dan apa yang telah Dia perbuat bagi kita, tak dapat tidak kita pasti jatuh bersujud di hadapan-Nya.
Sewaktu berdoa, saya punya kebiasaan memulainya dengan mengucapkan daftar terima kasih dan permohonan kepada Tuhan. Mungkin ini lebih baik daripada mengawang-awang dalam doa. Tetapi doa-doa saya gampang sekali terjatuh ke dalam serangkaian pengulangan tanpa perhatian. Ketika hal itu terjadi, saya sama saja beribadah karena tugas, bukan karena menghormati Tuhan. Ibadah semacam ini adalah ibadah yang dangkal.
Pernahkah Anda mengalami saat ketika hati Anda merasakan bahwa Tuhan begitu menakjubkan dan agung, dan bahwa Anda begitu kecil dan tak berharga? Itulah yang dirasakan Petrus di hadapan Tuhan Yesus. Ketika dia dan rekan-rekannya sesama nelayan sudah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus dan menebarkan jala, mereka menangkap ikan dalam jumlah yang begitu besar sampai-sampai jala mereka koyak. Ikannya begitu banyak sampai bisa mengisi dua perahu dan perahu-perahu itu hampir tenggelam! Pada saat itu, Petrus jatuh tersungkur di kaki Yesus, merasa sepenuhnya tidak layak dan sangat berdosa, dan dia meminta agar Tuhan meninggalkannya (Luk. 5:8). Tak ada yang memberitahunya agar tersungkur di hadapan Yesus, tetapi ia melakukannya karena merasa takjub di hadirat Tuhan Yang Mahakuasa.
Beginilah cara pemazmur dalam Alkitab beribadah kepada Tuhan. Sewaktu merasakan kemurahan kasih Tuhan, pembebasan-Nya yang penuh kuasa, karya-Nya di alam semesta, mereka terpukau. Dari lubuk jiwa yang terdalam, mereka berseru kepada Tuhan dalam penyembahan penuh kekaguman.
Kita juga bisa mengalami ketakjuban ini kalau kita mengabdikan diri pada firman Tuhan dan doa. Saat saya sungguh-sungguh merasakan hadirat Tuhan dalam doa-doa saya, yang bisa dan ingin saya lakukan hanyalah terus-menerus memuji Tuhan. Tak perlu ada kata-kata. Rasanya tidak pada tempatnya kalau mengajukan permohonan dan permintaan. Di masa-masa seperti ini, saya merasakan keagungan Tuhan yang luar biasa dan tak terlukiskan. Kuasa dan kasih-Nya melingkupi saya sepenuhnya. Roh Kudus-Nya memberikan sayap-sayap kepada doa saya dan mengangkat saya langsung ke tahta kemurahan Tuhan. Rasa rendah hati dan syukur yang berkelimpahan menguasai diri. Haleluya-Haleluya terus mengalir dari dasar hati dan keluar melalui mulut saya, entah dalam bentuk seruan nyaring ataupun nyanyian roh.
Tidaklah mengherankan apabila makhluk-makhluk hidup, para tua-tua, malaikat-malaikat, dan sekumpulan besar orang dalam penglihatan Yohanes tidak dapat berhenti memuliakan Tuhan di hadapan tahta-Nya. Tidaklah mengherankan apabila mereka terus-menerus tersungkur untuk menyembah di hadapan tahta itu.
Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling tahta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas tahta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin.” Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah. (Why 5:11-14)
Nah, inilah ibadah yang sejati. Mereka berada dalam ketakjuban akan keagungan Tuhan Allah yang kekal, sehingga mereka menyembah-Nya siang dan malam. Dari dasar hati, mereka mengucapkan syukur dan pujian kepada Anak Domba yang telah dikorbankan.
Kadang-kadang, kita tidak merasa terilhami meskipun kita membaca Alkitab, menyanyi, dan berdoa. Ini karena hati kita belum memasuki ruang tahta Sang Raja. Kita belum membuka mata kita untuk memandang keindahan dan kemegahan Tuhan. Kita terlalu sibuk untuk menghargai karya besar penciptaan-Nya atau mujizat-mujizat yang kita anggap biasa saja. Kita sudah lupa mencamkan bekas paku di tangan-Nya dan alasan mengapa luka itu ada di sana.
Tetapi jika Anda menyediakan waktu setiap hari untuk membubung ke hadirat Tuhan, Dia akan mengilhami Anda dan menggerakkan hati Anda. Teduhkan jiwa Anda dan datanglah di kaki-Nya untuk mendengarkan firman-Nya. Berpalinglah dari daya tarik dunia yang berumur pendek dan tataplah wajah-Nya. Anda akan terpukau pada karya-Nya dan kehendak-Nya. Serahkan semua beban dan kecemasan Anda kepada-Nya, dan duduklah dalam pelukan kasih-Nya. Dia akan berbicara dengan lembut kepada Anda dan menghibur jiwa Anda dengan roh-Nya.
Ruang tahta Tuhan selalu terbuka. Setiap saat di hidup kita adalah kesempatan untuk beribadah. Bahkan saat Anda tidak sedang berlutut berdoa atau memegang Alkitab, Anda masih bisa mempersembahkan ibadah yang sejati kepada Tuhan. Datanglah ke hadirat Tuhan kapan saja. Dia tidak akan pernah gagal mengilhami Anda, entah itu melalui satu kata yang membangkitkan semangat, sebuah pengingat akan kasih-Nya yang abadi, atau pelukan hangat oleh roh-Nya. Di sanalah dan saat itulah, Anda akan tersungkur di hadapan-Nya dalam penyembahan yang rendah hati.
👉Ibadah Diakhiri dengan Penyerahan Diri
Tanggapan alami penyembahan kepada Tuhan adalah berserah sepenuhnya.
Dalam penglihatan surgawi Yohanes, dua puluh empat orang tua-tua duduk di atas tahta, berpakaian jubah putih; dan kepala mereka bermahkota emas (Why. 4:4). Mereka diberi kehormatan dan kemuliaan yang besar. Namun demikian, Yohanes mencatat bahwa mereka “tersungkur di hadapan Dia yang duduk di atas tahta itu, dan mereka meyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan tahta itu” (Why. 4:10). Kata “melemparkan” artinya “membuang”. Para tua-tua ini membuang mahkota-mahkota emas mereka sewaktu menyembah Tuhan! Di hadapan kemuliaan dan kemegahan Tuhan, satu-satunya tempat yang sesuai untuk mahkota mereka adalah tanah.
Di hadapan Tuhan kita Yang Mahakuasa, harta-karun kita menjadi sampah (ref: Flp. 3:8); hikmat kita menjadi kebodohan; kekuatan kita menjadi kelemahan (ref: 1Kor. 1:25); dan pakaian saleh kita menjadi kain kotor (Yes. 64:6). Begitu kita datang ke tempat kudus dan menundukkan diri kepada Sang Raja segala raja, tak bisa tidak kita pasti mengakui kekurangan kita dan melemparkan segala hal yang kita banggakan di hadapan tahta-Nya.
Tuhan Yesus mengajar kita bahwa ibadah yang sejati tidak tergantung pada tempat kita beribadah tetapi pada apakah kita beribadah di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4: 21-24). Di satu sisi, Tuhan ingin agar kita menundukkan diri di hadapan-Nya bukan hanya secara lahiriah, melainkan dengan setulus manusia batiniah kita dan dan dalam segenap kejujuran.
Di sisi lain, dan untuk membawa ibadah kita selangkah lagi lebih maju, sangatlah penting bagi kita untuk menyerahkan roh kita kepada roh-Nya dan kejujuran kita kepada kebenaran-Nya. Ketulusan saja tidaklah cukup. Seseorang bisa tulus tapi keliru. Kita tidak dapat beribadah dan melayani Tuhan sesuai dengan cara dan kehendak kita; kita harus berserah pada cara-Nya dan kehendak-Nya. Itulah ibadah, dan ini merupakan tindakan sehari-hari.
Demikian juga, Paulus menjelaskan ibadah dalam pengertian penyerahan diri total kepada Tuhan.
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Rm. 12:1-2)
Ibadah adalah melepaskan diri kita dan membiarkan Tuhan mengambil kendali atas hidup kita. Artinya mengikuti cara-cara Tuhan, bukannya budaya populer.
Sering kali cara-cara dan kehendak Tuhan jauh melampaui kemampuan pemahaman kita. Kita hanya dapat berserah kepada cara-cara dan kehendak-Nya itu dengan rendah hati dan sikap takjub. Selagi Paulus menjabarkan pemilihan Tuhan, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyatakannya dengan pujian dan penuh rasa hormat:
Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm. 11:33-36)
Pikiran-pikiran dan cara-cara Tuhan jauh lebih tinggi daripada milik kita. Dia melihat dari kekekalan sampai kekekalan, sedangkan kita, tentang hari esok pun tidak tahu. Dia menopang seluruh ciptaan dengan firman-Nya yang berkuasa, sementara kita, menambah tinggi badan seinci pun tidak mampu. Kita hanya dapat mempercayakan diri sepenuhnya kepada Pencipta dan Tuhan kita.
Bahkan ketika bencana menimpa kita, penyembah Tuhan yang sejati terus menekuk lutut di hadapan-Nya. Ayub adalah penyembah semacam ini.
Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya:
“Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. (Ayb. 1:20-22)
Ibadah Ayub adalah satu contoh penyerahan diri total. Di tengah-tengah tragedi mendadak yang dialami, ia tersungkur ke tanah menyembah dan memuji Allah. Dia taat kepada kehendak tertinggi Allah, tanpa keluh kesah atau perlawanan. Inilah jenis penyembah sejati yang dicari Bapa.
👉Kehidupan Penuh Ibadah
Ibadah tidak dibatasi oleh dinding-dinding gereja. Bukan hanya dimulai atau berakhir bersama kebaktian gereja. Melainkan, merupakan penundukan hati sepanjang hidup kita di hadapan Tuhan, mengagungkan Dia dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Seorang penyembah Tuhan beribadah di hadapan tahta siang dan malam, bukan hanya pada saat berada di dalam gedung gereja.
Tuhan kita adalah alasan utama keberadaan kita. Kepada Dia dan melalui Dia dan bagi Dialah segala sesuatu. Dia layak menerima segala kemuliaan dan hormat.
Kiranya setiap hari dalam hidup kita dipenuhi dengan pujian, syukur, dan keajaiban. Kiranya seluruh diri kita dengan rendah hati dipersembahkan kepada Tuhan untuk melayani-Nya.
💁♂️FIDES QUAERENS INTELLECTUM🧏♂️
✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:
Posting Komentar