I. PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN BUKAN AJARAN YESUS
Ajaran Yesus Kristus adalah sentral doktrinal gereja dan focus interest (pusat perhatian) tiap orang Kristen sejati. Sebagai pribadi yang taat pada perintah-Nya, kita tidak boleh mengkombinasikan-nya dengan ajaran lain dengan alasan apapun.
Surat rasul Paulus kepada jemaat Tuhan yang ada di Galatia – sebuah provinsi Roma di Asia Kecil – adalah bukti protes yang sangat keras karena intervensi Hukum Taurat terhadap Injil yang dipaksakan oleh orang-orang Kristen Yahudi (Kristen keturunan Yahudi) pada jemaat-jemaat gereja lokal di kota tersebut. Surat kepada jemaat di Galatia ini merupakan satu-satunya surat Paulus yang tidak dimulai dengan ucapan syukur seperti yang biasa dilakukannya pada dua belas surat lainnya. Paulus sangat tegas dan nampak emosional menyampaikan keberatan teologisnya terhadap pengaruh negatif suatu “injil lain” dalam kehidupan berjemaat.
Orang-orang Kristen Yahudi mengharuskan jemaat Kristen non-Yahudi untuk menerapkan Torah (Taurat Musa) sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan dan dengan demikian memaksakan adat kepercayaan Yahudi kedalam gereja. Itu sebabnya Paulus secara terang-terangan mengkritisi jemaat Galatia :
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.”
– Galatia 1:6-7 –
Surat Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar.
Kini, pada masa dimana gereja sudah seharusnya berada pada tingkat pertumbuhan rohani dan iman yang semakin dewasa sesuai Injil Yesus Kristus, justru “tak berdaya” menghadapi intervensi “injil lain”. Dari dalam gereja sendiri telah bangkit penafsir-penafsir Perjanjian Baru – yang disesuaikan atau diselaraskan dengan kepercayaan Yahudi tentang Hukum Taurat – dengan referensi argumentasi untuk mempertahankan penerapan persepuluhan dalam gereja yakni,
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"
– Lukas 20:25 –
Dalam pelajaran hermeneutika (ilmu menafsir) diajarkan bahwa bila seseorang ingin menafsirkan ayat-ayat dalam Alkitab maka haruslah memperhatikan konteks – hubungan kata dalam kalimat – dari apa yang sedang dibahas atau yang menjadi topik pembicaraannya.
Gambaran peristiwa di atas yang sebenarnya adalah Yesus sedang memberikan jawaban atas pertanyaan jebakan dari musuh yang menyamar. Mari kita buktikan:
Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka menyuruh kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkan-Nya kepada wewenang dan kuasa wali negeri.
Orang-orang itu mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: "Guru, kami tahu, bahwa segala perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah.
Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka yang licik itu…
– Lukas 20:20-23 –
Hal yang sama juga disampaikan oleh Matius dan Markus – yang tentunya lebih memperjelas peristiwa yang terjadi saat itu – seperti yang terkutip berikut :
Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.
Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
– Matius 22:15,18 –
Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan.
Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!"
– Markus 12:13,15 –
Semua yang terkutip di atas merupakan argumentasi sanggahan bahwa Yesus tidaklah sementara mengindoktrinir atau menanamkan pengajaran-Nya tentang persepuluhan – karena tidak tersurat atau pun tersirat dalam konteks ini – kepada para pengikutNya seperti yang pernah dilakukanNya di atas bukit. Khotbah di bukit sangat populer hingga saat ini. Perlu diingat bahwa semua bentuk pengajaran doktrinal lainnya selalu disampaikan secara terperinci oleh Yesus kepada murid-muridNya. Tetapi untuk satu hal ini, yang dilakukan Yesus sesuai konteks tersebut adalah menjawab pertanyaan jebakan dari para Farisi, Ahli Taurat dan imam-imam kepala yang ingin mencelakakan-Nya.
Jadi untuk argumentasi penafsiran tersirat seperti yang terkutip di atas tidaklah tepat sasaran, tidaklah beralasan dan sangat lemah.
Argumentasi pembelaan yang lain dikemukakan sesuai referensi ayat :
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” – Matius 23:23 –
dan …
“aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” – Lukas 18:12 –
Marilah kita mulai menelusuri apakah referensi tersebut dapat dijadikan dasar legitimasi hukum oleh gereja untuk mempraktekkan persembahan persepuluhan.
Secara kontekstual kita membaca bahwa apa yang tercatat dalam Matius 23:23 adalah suatu kecaman atau kritikan pedas yang dilontarkan Yesus terhadap kemunafikan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat; bukan dalam jadwal mengajar para murid tentang “hukum persepuluhan.” Periksalah dengan seksama referensi ayat :
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
[Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
– Matius 23:13-19 –
Bila di-parsing-kan dan dieksposisikan secara kontekstual maka pemahaman Matius 23:23 yang seharusnya adalah :
-> Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
[merupakan sasaran kritikan Yesus Kristus. Mereka adalah pengajar-pengajar Israel yang munafik.]
-> sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar
[mereka melakukan segala tetek-bengek tentang persepuluhan yang tercatat cukup terperinci dalam Talmud Yahudi, walau tidak dicatat dalam Torat.].
-> tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
[ahli Taurat & para Farisi mengajarkan dan menekankan melakukan Torat yang lahiriah tetapi mengabaikan yang rohaniah].
-> Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
[Yesus menyampaikan pesan ini bagi mereka yang hidup dibawah Taurat untuk melakukan bukan saja persepuluhan tetapi juga keadilan dan belas kasihan.]
Hal ini secara kontektual dapatlah diselaraskan dengan apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Roma : “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.” [Roma 3:19a]
Dalam mukadimah pasal ini dapat dijelaskan :
23:1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
[audiens adalah orang-orang Yahudi dan atau pengikut Yudaisme plus murid-murid Yesus yang setia menemani-Nya].
23:2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
[menerangkan bagaimana ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi pemerintahan Musa atas Israel, mengklaim diri bahwa merekalah yang mengajar dan memerintah atas Israel menggantikan bani Lewi dan Imam Harun pada masa pemerintahan Musa. Merekalha yang tahu benar segala beluk Taurat Musa. Dengan demikian maka jelaslah bagi kita bahwa ruang lingkup pelayanan mereka adalah bangsa Yahudi.]
23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan-nya tetapi tidak melakukannya.
[dalam ayat ini Yesus tidak mengatakan "ikutilah ajaran-Ku". Ini sudah jelas, Yesus menyuruh orang-orang Yahudi dan atau pemeluk agama Yahudi atau mereka yang hidup di bawah kekuasaan Taurat untuk mentaati semua ajaran ahli-ahli Taurat dan para Farisi, walau mereka sendiri tidak melakukan apa yang mereka ajarkan itu].
Perlu diketahui dan diingat dengan benar bahwa ahli-ahli Taurat dan para Farisi tidak sedang mengajar Taurat kepada murid-murid Yesus. Jadi ayat ini tidak boleh digeneralisasikan masuk ke dalam gereja.
Logisnya, jika benar Matius 23:23 dapat dijadikan alasan mempraktekkan persepuluhan dalam gereja karena Yesus “mengajarkannya” maka seharusnya ajaran-ajaran Yesus yang lainnya pun dapat diterima dalam kalangan masyarakat Yahudi. Namun faktanya tidaklah demikian. Lihatlah reaksi orang-orang Yahudi ketika Yesus mengatakan ini :
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. – Yohanes 8:51-52 –
Yang Yesus ajarkan tentang persembahan adalah :
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
– Lukas 6:38 –
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
– Matius 12:41-44 –
Selanjutnya, Yesus berkata pada para pengikut-Nya :
"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia."
– Yohanes 14:23 –
"Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku."
– Yohanes 7:16 –
Paulus, sang rasul, benar ketika ia mengatakan pada jemaat Tuhan di Galatia :
Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
– Galatia 2:16 –
Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."
– Galatia 3:10 –
Lalu Paulus pun menyimpulkan :
“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.”
– Galatia 3:24-25 –
Penulis Surat kepada orang-orang Ibrani mengatakan :
Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai kekuatan dan karena itu tidak berguna,
-- sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan -- tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Allah.
– Ibrani 7:18-19 –
Argumentasi pembelaan terakhir yang terkutip dalam injil Lukas pasal 18 pun tidaklah dimaksudkan Yesus memberi isyarat pada gereja untuk memungut persepuluhan dari jemaat. Sekali lagi, secara kontekstualnya, Yesus sementara memberi perumpamaan dengan maksud menegur beberapa orang pendengar yang merasa diri benar dan memandang rendah orang lain alias sombong rohani. Yesus memberi perumpamaan seperti berikut :
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
– Lukas 18:10-14 –
Yesus memang sangat sering menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kepada para pengikut, tak terkecuali kepada murid-murid-Nya agar mereka mudah mencerna atau memahami inti pengajaran-Nya. Perhatikan reaksi para murid terhadap perumpamaan-perumpamaan Yesus dan bagaimana tanggapan balik-Nya :
Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
– Matius 13:10-11; Markus 4:33-34 –
Perlu dipahami dengan benar bahwa perumpamaan tidak boleh dijadikan doktrin gereja karena bukanlah sesuatu yang ril tapi masih diperlukan penafsiran atau penjelasan makna. Berhati-hatilah, jangan terjebak dalam penafsiran rekayasa.
berrsambung ... PARTISI 2 👉A. JABATAN DAN PELAYANAN IMAM BESAR AJARAN YESUS✍
0 comments:
Posting Komentar