KETEGAGANGAN YANG HANYA TERLIHAT, BUKAN NYATA
Saya melihat ada begitu banyak orang salah dalam mengartikan dan mencerna ayat ini, sehingga dampaknya tidak kecil. Ayat ini sering dipahami seolah-olah Tuhan mengerjakan keselamatan setengah-setengah, dan sisanya harus dilengkapi oleh usaha manusia. Akibatnya, keselamatan dipersepsikan sebagai sesuatu yang belum tuntas, belum pasti, dan bergantung pada performa rohani manusia.
Padahal, pemahaman semacam ini bukan hanya keliru, tetapi berbahaya. Keselamatan bukan pilihan manusia, bukan hasil upaya, dan bukan produk kerja sama dua pihak. Keselamatan adalah sesuatu yang diberikan, dan bahkan diberikan dengan cuma-cuma.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.
(Efesus 2:8)
Persoalannya kemudian bukan terletak pada teks Alkitab, melainkan pada cara kita memahaminya. Banyak orang gagal bukan karena ayat ini tidak jelas, tetapi karena kurangnya penalaran yang sungguh-sungguh terhadap ayat tersebut dan terhadap logika Alkitab secara keseluruhan. Alkitab seharusnya dipahami sebagai satu kesatuan yang saling terhubung, bukan potongan ayat yang berdiri sendiri.
Lebih parah lagi, tidak sedikit orang percaya yang tidak pernah memaksa otaknya untuk berpikir dan bernalar. Mereka enggan menyelidiki benang merah Alkitab dalam keterhubungannya yang utuh—antara kekekalan dan waktu, antara kehendak Tuhan dan respons manusia, antara anugerah dan ketaatan.
Secara penalaran yang jujur, bagaimana mungkin keselamatan—yang berasal dari luar dimensi manusia, yang berada di dalam kekekalan, dan yang berkaitan langsung dengan jiwa—dapat diupayakan atau diperoleh oleh manusia yang fana dan terbatas? Pertanyaan ini saja seharusnya sudah meruntuhkan seluruh gagasan bahwa keselamatan adalah hasil usaha.
Maka menjadi sangat jelas: keselamatan bukanlah upaya manusia, melainkan pemberian Tuhan, dan pemberian itu sepenuhnya adalah anugerah. Dari titik inilah Filipi 2:12–13 harus dibaca, bukan sebagai kontradiksi, tetapi sebagai penyingkapan cara kerja keselamatan itu dinyatakan dalam kehidupan manusia.
Tuhan sebagai Subjek Utama, Manusia sebagai Medium Nyata
Struktur kalimat Filipi 2:12–13 menegaskan urutan kausalitas yang tidak bisa dibalik:
- Manusia mengerjakan keselamatan
- Karena Tuhan mengerjakan dari dalam
Ayat ini tidak mengatakan bahwa Tuhan dan manusia bekerja berdampingan sebagai dua sumber sejajar. Tuhan tidak menjadi rekan kerja manusia. Ia adalah sumber, sementara manusia adalah wadah aktualisasi.
Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
(Yohanes 15:5)
Yesus tidak berkata “kamu tidak boleh,” melainkan “kamu tidak dapat.” Ini adalah pernyataan tentang ketidakmampuan ontologis manusia untuk menghasilkan kehidupan ilahi dari dirinya sendiri.
Maka, setiap perbuatan yang tampak rohani tetapi tidak lahir dari pekerjaan Tuhan di dalam manusia, pada hakikatnya bukan keselamatan, melainkan kesia-siaan religius.
Jika TUHAN tidak membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.
(Mazmur 127:1)
Analogi Alat Musik: Aktif, Tetapi Bukan Sumber Nada
Bayangkan sebuah alat musik gesek. Biola menghasilkan suara yang nyata—indah, bergetar, dan terdengar. Namun biola bukan sumber musik itu sendiri. Tanpa pemain yang menggerakkan senar, biola tetap pasif dan bisu.
Dalam analogi ini:
- Tuhan adalah pemain
- Manusia adalah instrumen
- Kehendak dan perbuatan manusia adalah getaran nyata
Getaran itu sungguh terjadi, tetapi asal geraknya bukan dari kayu dan senar, melainkan dari tangan yang menggerakkan.
Demikian pula keselamatan:
- Manusia sungguh-sungguh taat
- Manusia sungguh-sungguh memilih
- Manusia sungguh-sungguh bertindak
Namun semua itu terjadi karena:
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan…
(Filipi 2:13)
Bahkan kehendak untuk taat bukanlah titik awal, melainkan hasil pekerjaan ilahi.
Kehendak Bebas: Nyata, Namun Tidak Otonom
Alkitab tidak meniadakan kehendak manusia, tetapi meniadakan kemandirian kehendak manusia.
Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.
(Amsal 16:9)
Manusia berpikir, menimbang, dan memutuskan. Namun keputusan itu tidak berdiri di luar kedaulatan Tuhan. Kehendak manusia bukan pusat, melainkan bagian dari sistem kehendak ilahi yang lebih besar.
Inilah sebabnya Alkitab dapat berkata sekaligus:
Pilihlah pada hari ini siapa yang akan kamu sembah.
(Yosua 24:15)
Dan juga:
Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa.
(Yohanes 6:44)
Pilihan manusia nyata, tetapi daya untuk memilih datang dari Tuhan. Tanpa penarikan ilahi, kehendak manusia tetap berada dalam kematian rohani.
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
(Efesus 2:1)
Orang mati tidak memulai kehidupan; ia hanya dapat dihidupkan.
Analogi Napas: Bergerak, Tetapi Bergantung
Napas adalah aktivitas paling alami manusia. Kita bernapas tanpa berpikir, namun kita tidak dapat menciptakan udara. Kita aktif menghirup, tetapi tidak pernah menjadi sumber oksigen.
Jika udara ditarik, seluruh kehendak bernapas menjadi sia-sia.
Demikian pula kehidupan rohani:
Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, dan kita ada.
(Kisah Para Rasul 17:28)
Manusia hidup dan bergerak sungguh-sungguh, tetapi eksistensinya sendiri berada di dalam kehendak Tuhan. Jika Tuhan tidak berkehendak, maka tidak ada pikiran, tidak ada keputusan, tidak ada iman, dan tidak ada ketaatan.
Bukan Dua Kehendak yang Bernegosiasi, Melainkan Satu Kehendak yang Menyatakan Diri
Keselamatan bukan hasil kompromi antara kehendak Tuhan dan kehendak manusia. Itu adalah satu kehendak ilahi yang menampakkan diri melalui ketaatan manusia.
Sebab dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dialah segala sesuatu.
(Roma 11:36)
Manusia tidak kehilangan tanggung jawab, justru tanggung jawab itu menjadi mungkin karena Tuhan bekerja di dalamnya.
Inilah paradoks Injil:
- Jika manusia bekerja tanpa Tuhan → kesia-siaan
- Jika Tuhan bekerja tanpa manusia → tidak dinyatakan
- Tetapi ketika Tuhan bekerja di dalam manusia → keselamatan dinyatakan secara nyata dalam sejarah
Sebab kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
(Efesus 2:10)
Pekerjaan itu telah dipersiapkan. Manusia hanya berjalan di dalamnya.
Keselamatan sebagai Karya Tuhan yang Terlihat dalam Ketaatan Manusia
Maka, mengerjakan keselamatan bukanlah usaha untuk mencapai sesuatu yang belum ada, melainkan perwujudan dari apa yang sudah dikerjakan Tuhan dari dalam.
Manusia tidak diselamatkan karena ia bekerja, tetapi ia bekerja karena ia sudah diselamatkan.
Di titik inilah seluruh kesombongan rohani runtuh, dan seluruh kemalasan rohani dibungkam. Sebab Tuhan yang berdaulat itu tidak meniadakan manusia, tetapi menghidupkannya agar kemuliaan-Nya nyata melalui ketaatan yang hidup.
Haleluyah Bapa Yesus memberkati kita semua,
—Ps. Christian Moses

0 comments:
Posting Komentar