KEBENARAN BERMUKA DUA :
RELATIF DAN ABSOLUT
Klaim
bahwa kebenaran bersifat relatif dapat dipahami dalam dua cara. Apakah
kebenaran bersifat relatif dibandingkan ruang dan waktu [itu benar pada saat
itu, tetapi sekarang tidak], atau relatif dibandingkan orang [benar bagi Anda,
tetapi tidak bagi saya]. Pada sisi berhadapan, berdiri kebenaran absolut; yang
juga menyiratkan dua hal yakni, pertama, bahwa apa yang benar pada suatu waktu
dan di suatu tempat akan tetap benar sepanjang waktu dan di semua tempat.
Kedua, bahwa apa yang benar bagi satu orang akan tetap benar juga bagi setiap
orang lainnya. Kebenaran absolut bersifat konstan, tidak berubah; kebenaran
relatif bersifat temporer, berubah dari waktu ke waktu dan dari orang ke orang.
Penganut
relativisme membuat pernyataan, “Buku teologia berada di sebelah kanan kamus
populer,” relatif karena tergantung dari sisi meja mana Anda berdiri. Tempat
selalu relatif tergantung sudut pandang atau posisi Anda terhadap obyek yang
diamati, kata mereka. Tetapi kebenaran juga bisa terikat waktu. Pada suatu
waktu, sepenuhnya benar untuk berkata, “Soeharto adalah Presiden,” tetapi
seseorang tidak bisa berkata seperti itu lagi sekarang. Hal itu benar pada
suatu waktu, tetapi tidak benar lagi pada waktu sekarang. Kebenaran pernyataan
semacam itu tergantung pada waktu di mana pernyataan itu diucapkan tanpa dapat
dibatalkan.
Hal
yang sama juga dinyatakan oleh penganut relativisme bahwa kebenaran itu
tergantung pada orang yang membuat pernyataan. Bila orang Kristen berkata,
“Kamu adalah allah” [Yohanes 10:34], itu berarti bahwa kita memiliki gambar
Allah dan adalah wakil-wakil-Nya. Jika penganut Mormon mengatakan itu, ia
membicarakan tentang harapannya untuk menjadi allah di bumi ini. Jika seorang
penganut Panteisme mengatakan hal tersebut maka itu berarti manusia adalah
allah. Kebenaran tergantung pada orang yang membuat pernyataan itu dan makna
yang ia maksudkan. Selain itu, “saya merasa sedih” hanya benar bagi saya tetapi
tidak berlaku untuk setiap orang yang disekitar saya, apalagi bagi orang-orang
lain di seluruh dunia. Setiap pernyataan hanya benar dalam kaitannya dengan
orang yang membuat pernyataan itu.
Banyak
orang akan memberitahu Anda bahwa semua kebenaran sungguh-sungguh benar dari
cara tertentu dalam memandang sesuatu atau sudut pandangnya. Cerita lama
tentang enam orang buta dan gajah sering kali digunakan untuk menggambarkan dan
mendukung posisi ini. Seorang buta, karena hanya merasakan belalainya, berpikir
bahwa gajah adalah ular. Orang lain yang hanya memegang telinganya,
menyimpulkan bahwa gajah adalah kipas. Orang yang meraba tubuhnya berkata bahwa
gajah adalah tembok dan, setelah menemukan kaki gajah itu, orang lain berkata
bahwa itu adalah pohon. Orang lain yang memegang ekornya menyatakan bahwa itu
adalah tali. Akhirnya, orang buta terakhir merasakan gadingnya yang tajam dan
mengatakan bahwa itu adalah tombak. Bagi beberapa orang, ini membuktikan bahwa
apa yang Anda pikirkan benar hanya merupakan masalah sudut pandang terhadap
sesuatu. Namun perlu ditunjukkan bahwa semua orang buta itu salah. Tidak satu
pun dari kesimpulan mereka benar, jadi ilustrasi ini tidak berbicara apa pun
tentang kebenaran. Sesungguhnya di sana ada kebenaran objektif yang tidak berhasil
mereka temukan. Demikian juga, pernyataan, "Semua kebenaran tergantung
perspektif," bisa merupakan pernyataan absolut atau tergantung perspektif.
Jika pernyataan itu bersifat perspektif, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa
itu adalah pernyataan yang benar secara absolut – itu hanya masalah perspektif.
Pernyataan itu gagal dalam cara apa pun.
Beberapa
orang mungkin memberitahu Anda bahwa kita masing-masing menciptakan realitas
kita sendiri. Apa yang nyata bagi Anda tidak nyata bagi saya karena mimpi Anda
bukan mimpi saya. Sesungguhnya, Anda hanya merasa kehadiran saya dalam mimpi Anda
dan tidak tahu apakah saya riil atau tidak. Kebenaran bukan hanya bersifat
subyektif, tidak ada realitas absolut yang dikenal. Semua realitas bukan
apa-apa selain khayalan yang liar. Sesuatu secara intuitif memberi tahu kita
bahwa pandangan ini tidak mungkin benar. Pertama, pernyataan "bukan apa-apa
tetapi" menyiratkan pengetahuan "lebih dari." Tetapi bagaimana seseorang
bisa memiliki pengetahuan yang melampaui mimpi mereka sendiri? Untuk masalah
itu, bagaimana Anda memiliki pengetahuan yang "lebih dari" semua
realitas? Seseorang harus mahatahu untuk mengatakan hal ini. Selain itu, apakah
ini merupakan pernyataan tentang realitas absolut atau hanya tentang mimpi seseorang.
Jika itu sungguh-sungguh adalah pernyataan tentang "semua realitas"
dalam pengertian absolut, itu tidak mungkin benar - sebab paling tidak
pernyataan ini benar apakah seseorang membayangkan hal itu atau tidak. Tetapi
jika itu hanya pernyataan subyektif tentang mimpi seseorang, itu membuat tidak
ada klaim yang benar dan bisa dihilangkan. Mungkin tidak akan melukai untuk mengingatkan
seseorang semacam itu bahwa ia seharusnya tidak berbicara dalam mimpinya.
Sekarang
tentang saat ini penganut relativisme mungkin berkata, “Kamu setuju dengan
saya. Kamu mengatakan bahwa kebenaran bersifat relatif tergantung konteksnya.”
Itu memiliki hubungan dekat. Kita mengatakan bahwa makna bersifat relatif
tergantung konteksnya. Sebab untuk kebenaran, kita mengatakan bahwa sekali
konteks dimasukkan ke dalam gambaran, maknanya dipahami dan menjadi jelas bahwa
ini adalah kebenaran absolut.
Selain
itu, tidak ada penganut relativisme bisa berkata, “Benar secara absolut ini
benar bagi saya.” Bila kebenaran hanya bersifat relatif, hal itu hanya bisa
benar secara relatif bagi dia. Tetapi tunggu dulu. Itu tidak bisa diklaim dalam
pengertian absolut juga – itu hanya bisa benar secara relatif bahwa hal itu
relatif benar bagi dia. Apakah klaim bahwa kebenaran itu relatif merupakan
klaim yang absolut, yang akan menyalahkan posisi penganut relativisme, atau
apakah kesimpulan itu tidak pernah dibuat, karena setiap kali Anda membuatnya
Anda harus menambah kata “secara relatif.” Itu hanya merupakan permulaan
langkah mundur yang tidak terbatas yang tidak akan pernah sampai pada
pernyataan yang riil.
Beberapa
orang melihat problem dalam absolutisme. "Bukankah Anda harus memiliki
bukti absolut untuk mempercayai kebenaran absolut?" Tidak. Kebenaran bisa
bersifat absolut tidak peduli apa alasan kita untuk memercayai hal itu. Kita
bahkan mungkin tidak mengenal kebenaran, tetapi itu masih absolut dalam dirinya
sendiri. Kebenaran tidak berubah hanya karena kita belajar sesuatu tentang hal
itu.
"Bagaimana
dengan hal-hal yang di tengah-tengah - seperti apa artinya hangat, atau kapan
jenggot yang tidak dicukur menjadi jenggot - bagaimana hal-hal semacam ifu bisa
menjadi absolut?" Fakta bahwa hal itu bersifat di tengah-tengah bagi saya
merupakan fakta absolut bagi semua orang, bahkan jika hal itu tidak di
tengah-tengah bagi mereka. Selain ifu, kondisi itu sendiri, suhu riil dan
panjang jenggot tepatnya, merupakan kondisi yang obyektif dan nyata. Kebenaran
itu juga tidak berubah.
“Jika
kebenaran tidak pernah berubah, tidak akan ada kebenaran baru." Kebenaran
baru bisa dipahami dalam dua hal. Itu mungkin berarti "baru bagi
kita," seperti penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Tetapi itu hanya
masalah kita menemukan kebenaran lama. Kebenaran selalu ada di sana, tetapi
kita hanya baru menemukan hal itu. Cara lainnya kita bisa memahami kebenaran
baru adalah bahwa sesuatu yang baru muncul di hadapan kita. Absolutisme tidak
punya masalah unfuk menangani hal itu juga. Ketika tanggal 1 Januari 2025
datang, kebenaran baru akan dilahirkan karena pada saat ifu akan benar unfuk
mengatakan, "Hari ini adalah tanggal 1 Januari 2025." Hal itu tidak
akan pernah benar sebelum hari itu. Kebenaran "lama" tidak berubah
tetapi kebenaran "baru" bisa muncul.
KEBENARAN BERSIFAT DUA :
KOHEREN DAN KORESPONDEN
Ada
dua pandangan dasar tentang apakah kebenaran itu. Yang satu mengatakan bahwa
kebenaran adalah sesuafu yang sesuai dengan realitas. Yang lain mengatakan
bahwa suatu pandangan benar jika melekat atau menyatu sebagai satu kumpulan
pernyataan yang konsisten. Yang pertama mengatakan bahwa kebenaran adalah apa
yang sesuai dengan realitas.
Kebenaran
adalah "memberitahu sesuatu seperti keadaan sebenarnya.” Yang belakangan
membandingkan kebenaran dengan jaring yang tergantung di ruangan sehingga
jaringan koneksinya sendiri dibenarkan. Seperti rantai, setiap mata rantai
tergantung pada mata rantai lainnya untuk saling berpegangan.
Implikasi
teori koheren adalah bahwa beberapa kebenaran lebih benar daripada yang lain
karena mereka terkait lebih kuat. Ada tingkatan kebenaran dan setiap pernyataan
hanya benar jika sesuai dengan sistem tertentu.
💁♂️FIDES QUAERENS INTELLECTUM🧏♂️
✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:
Posting Komentar