~ P E N D A H U L U A N ~
Ada banyak bentuk & jenis pelayanan berlabelkan pekerjaan Tuhan telah
dan sementara bertumbuh dan bertebaran bak jamur di musim hujan. Entah berapa
banyak pastinya, namun telah memberi dampak besar dalam iman dan kehidupan
kerohanian umat kristiani; baik positif maupun negatif sifatnya. Berbagai
pengajaran dan penafsiran teologis telah disampaikan pada jemaat yang
kesemuanya itu dikatakan bersumber dari Alkitab dan dibawah pimpinan Roh Kudus.
Adalah hal yang mudah sekali di dalam dunia ini untuk pergi kepada
Alkitab dan kemudian membuktikan atau menyangkal setiap posisi doktrinal yang
kita harapkan. Dengan keyakinan kita berjalan melintasi kehidupan bahwa segala
sesuatu yang kita perbuat adalah benar sejauh kita masih bisa memanipulasi
ayat-ayat Alkitab untuk mendukung keyakinan itu. Tetapi, apakah itu merupakan
kecenderungan prasangka doktrinal sistem kebenaran, atau apakah itu
menyenangkan hati Tuhan? Tentu saja tidak. Hal itu hanyalah suatu usaha menyapu
dosa pemberontakan dan kemudian menaruhnya di bawah permadani “posisi
teologis.”
Tujuan dari setiap penyelidikan
Alkitab yang benar haruslah ditujukan untuk menemukan maksud TUHAN yang
sesungguhnya bagi setiap orang percaya dan kemudian berjalan di dalamnya.
Mungkin kebenaran-Nya tidak sejalan dengan gaya hidup yang kita pilih namun
kita harus tetap taat atas maksud dari firman Allah tanpa mempedulikan hasil
atau akibatnya. Itulah makna dari menjadi pelayan Tuhan yang sejati. Mereka,
orang Kristen yang berpegang pada sikap lain adalah orang yang sedang menipu
dirinya sendiri.
Di tengah-tengah kekacauan zaman
yang ada sekarang ini, kadangkala kita lupa akan eksistensi TUHAN Yesus yang
kepada-Nya seharusnya kita memberi pertanggungjawaban (Ibrani 4:13). Tetapi
kepedulian kita terhadap kehidupan materialistis yang singkat dari hari ke hari
telah mengacaukan pikiran kita, dan realita dari perkara-perkara ini telah
berdesak-desakan di sudut pikiran kita ke dalam sekelumit “Kebaktian Minggu.”
Visi spiritual kita menjadi suram, dan kita berhubungan dengan Allah yang
Mahakudus melalui suatu tabir yang disebut dengan bait teologia teoritis yang
baru.
Inilah waktunya
untuk mengenali sifat peperangan dan bangkit dalam pemberontakan kudus melawan
roh-roh kegelapan – roh-roh agamawi, roh Ahab, roh Izebel dan roh mamon – yang
membelenggu beberapa gereja (baik kharismatik maupun yang bukan) karena terlena
dalam pelayanan zona nyaman sehingga tidak mewaspadai dan tidak mampu melakukan
filterisasi pengajaran doktrinal Alkitabiah.
Terobosan rohani terbesar sepanjang sejarah sudah mendekat. Sekian
banyak orang yang terbelenggu oleh roh kontrol dan agamawi di dalam sistem
gereja buatan manusia akan dibebaskan untuk menikmati keintiman baru dengan Bapa
Yesus.
Sekaranglah waktunya bagi sebuah generasi revolusioner untuk bangkit, lapar dan haus akan TUHAN
saja. Marilah kita sebagai “Umat Pemenang”, sadar dan bangkit untuk membongkar
setiap bentuk pelayanan bertopeng yang tersamar selama ini dan telah menyesatkan
banyak orang Kristen.
~ P E M B A H A S A N ~
KLASIFIKASI &
IDENTIFIKASI PENYESATAN
A. ROH AGAMAWI
Roh agamawi
adalah salah roh paling mematikan dan paling merusak yang dilepaskan oleh Iblis
ke dunia dengan tujuan menghancurkan kehidupan rohani orang Kristen sehingga melumpuhkan
kemampuannya untuk berbuah-buah bagi kemuliaanTUHAN Yesus. Roh ini menghalangi
banyak orang percaya untuk mengenal kebenaran dan memiliki hubungan yang intim
dengan TUHAN Yesus. Ikatan roh agamawi telah menawan banyak orang Kristen saat
ini.
Roh agamawi
telah bekerja selama berabad-abad, atau mungkin malah beribu-ribu tahun lalu,
namun sekarang muncul lagi dengan strategi operasional yang lebih cangggih dan
lebih tersamar. Mengapa para pemimpin gereja (bukan untuk digeneralisir) tidak
bersepakat menyatakan peperangan terhadap roh agamawi? Bukankah gereja dan
pribadi2 kita telah melakukan peperangan terhadap roh hawa nafsu, roh
antikristus, roh kekacauan, roh ketidaktaatan terhadap hukum dan masih banyak
lagi yang lainnya? Namun bagaimana dengan roh agamawi? Roh ini sulit dideteksi
karena kepiawaiannya dalam melakukan penyamaran; terutama bila sedang dalam
ibadah2 liturgis gerejawi. Inilah arti “occult” – kata dasar
okultisme (diterjemahkan : tersembunyi, gaib, rahasia; red).
Jangan salah mengerti. Roh agamawi
bukanlah Iblis itu sendiri, melainkan lebih cenderung merupakan roh tingkat
tinggi yang memiliki suatu tugas khusus. Menurut C. Peter Wagner, “roh agamawi
adalah agen yang diperintahkan oleh Iblis untuk mencegah terjadinya perubahan
dan menetapkan keadaan status quo dengan menggunakan sarana-sarana agamawi.”
Jonas Clark menambahkan, “roh agamawi adalah kuasa kegelapan yang mempengaruhi
orang-orang supaya berperilaku saleh, membenarkan diri atau bersikap super
rohani. Roh agamawi memiliki dua agenda yang sangat jelas, menyesatkan
pemahaman seseorang mengenai siapa itu Yesus dan menghalangi usaha Theos untuk
membangun gereja-Nya yang mulia.”
Tugas roh agamawi yang diterimanya
dari Neraka adalah mencegah manusia memasuki babak baru yang telah dipersiapkan
TUHAN Yesus bagi kehidupan mereka. Roh ini bukan saja berhasil mempengaruhi
orang2 yang belum percaya namun kesuksesan terbesarnya adalah mengelabui orang2 Kristen. Salah satu taktiknya yang paling manjur adalah membuat para
“pengikutnya” sungguh-sungguh mengira bahwa mereka sedang melakukan kehendak TUHAN
Yesus; padahal sesungguhnya mereka melawannya dengan menjalankan praktek2
agama tertentu yang dilakukan dengan begitu baik.
Mungkin baru sekarang TUHAN Yesus
mau menyingkapkan topeng pelayanan roh agamawi karena Dia menunggu munculnya
dua hal terlebih dahulu. Pertama, ketrampilan tingkat tinggi untuk melakukan
peperangan rohani, khususnya strategi yang ampuh melawan pemerintah-pemerintah
dan kuasa-kuasa kegelapan (Efesus 6:10-13). Kedua,
pemulihan jawatan2 alkitabiah dalam gereja, dengan diakuinya kembali
jawatan rasul dan nabi (baca Efesus 2:20) dan kesetaraan jawatan2
lainnya dalam pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12).
Gereja telah mengalami berbagai
perubahan dengan cepat sehingga roh agamawi meningkatkan usahanya membujuk umat
TUHAN Yesus untuk mempertahankan status quo. Roh ini bekerja baik secara
perseorangan maupun bersama-sama. Banyak orang yang sebenarnya tahu bahwa yang
paling penting bagi mereka adalah memasuki masa “kantong anggur baru”, tetapi
belenggu-belenggu agamawi yang tidak mereka sadari mencegah mereka mengambil
langkah yang diperlukan. Seluruh tubuh Kristus, seperti gereja local,
denominasi, dan organisasi selain gereja lebih menyukai kesibukan yang seperti
biasa dari pada mencari dan ikut serta dalam gelombang yang baru dari Roh Kudus
Yesus.
Mungkin
gambaran (identifikasi) tentang roh agamawi dalam Alkitab yang paling jelas
tampak dalam tradisi dogmatis yang angkuh dan munafik serta legalisme ketat
yang dijalankan oleh kaum Farisi. Meskipun eksistensinya jauh sebelum adanya
sekte ini, roh agamawi sering disebut dengan nama “Roh Farisi.” Dan Yesus
Kristus sering berhadapan dengan roh ini dan mengecamnya habis-habisan (baca
Matius 23:13-28). Pada puncaknya, roh agamawilah yang memiliki tanggung jawab
besar atas kematian-Nya.
Robert Heidler mengemukakan suatu
telaah yang dalam : “Apa yang dipermasalahkan Yesus tentang orang-orang Farisi?
Mereka mengambil kebenaran Theos dan mengubahnya menjadi suatu sistem
keagamaan! Mereka menukar fakta terdalam tentang hubungan dengan Theos dan
menggantinya dengan suatu sistem yang berfokus pada apa yang tampak dari luar.
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa sikap agamawi orang-orang Farisi adalah suatu
kejahatan.”
Roh agamawi bekerja meniru karya
Roh Kudus Yesus. Orang Farisi melakukan itu dengan memaksakan diri mereka
mengikuti suatu sistem keagamaan yang tidak ada campur tangan Roh Kudus.
Bagaimana pun juga ini adalah rancangan Iblis yang menyamar sebagai “malaikat Terang”
(2 Korintus 11:14) dengan tujuan utamanya adalah supaya orang-orang menyembah
dia. Orang Farisi juga tertipu; kelihatannya mereka benar, tetapi mereka tidak
memiliki suatu hubungan yang nyata dengan Tuhan. Salah satu taktik Iblis adalah
menjadikan dirinya terlihat sedemikian baik, kudus, dan benar sehingga kita
percaya padanya yang sebenarnya adalah tiruan. Tiruan ini yang disebut agama.
Agama bukanlah intisari
kekristenan. Ketika seseorang mulai datang ke gereja, misalnya, itu memang baik
tetapi bukan itu tujuan Allah. Allah melihat hati. Dia tidak menghendaki orang
yang hanya bersikap agamawi, melainkan orang-orang yang terlibat dalam suatu
hubungan yang intim dari hati ke hati dengan Dia. Datang ke gereja merupakan
suatu sarana untuk mengembangkan hubungan kita dengan Allah dan memampukan kita
bersekutu dengan sesame orang percaya, namun jika kita hanya dating ke gereja
tanpa memiliki suatu hubungan dengan Kristus, itu tidak lebih dari tindakan
meniru kekristenan. Itu merupakan sistem keagamaan yang di dalamnya tidak ada
Roh Kudus Yesus.
Roh agamawi
bekerja paling efektif melalui apa yang disebut “agama.” Agama membuat kita
lebih bersandar pada pengaturan dan ritual tertentu daripada hubungan dengan TUHAN Yesus. Kita lebih dikendalikan oleh rasa bersalah
dan rasa takut serta dipimpin oleh ritual, adat atau tugas daripada mengenal Theos
yang sejati, yang telah memimpin kita dengan Roh Kudus-Nya dalam kemerdekaan
dan kebenaran. Agama mengikat dan membatasi kemampuan kita, sedangkan hubungan
secara pribadi yang intim dengan Theos memerdekakan dan mendorong kita mencapai
tujuan.
Musuh beserta rencananya sangat
mungkin akan gagal apabila umat TUHAN Yesus mau menggenapi tujuan mereka lebih
daripada memenuhi kewajiban agama. Kebangunan rohani dan kegerakan Theos yang
penuh kuasa telah mengalami hambatan besar karena masuknya roh agamawi secara
diam-diam bahkan pada beberapa tempat, secara terang-terangan dan disadari,
kedalam gereja. Tidak ada masalah lain yang mengakibatkan kehancuran yang lebih
besar bagi gereja daripada apa yang dilakukan oleh roh agamawi ini.
B. PENGAJARAN & MUJIZAT PALSU
B.1. Pengajaran
Palsu
Pengajaran atau doktrin yang baik akan menentukan
iman yang baik; iman yang baik akan menuntun kita di dalam hidup sekarang dan
membuat kita layak untuk memiliki hidup sesudah kematian. Tetapi pengajaran
yang keliru akan membawa orang terhilang untuk selamanya. Ada sebuah hubungan antara iman dan perilaku, antara
doktrin dan tujuan akhir hidup kita.
Tentu saja, doktrin memecah-belah; memang itulah tujuannya.
Namun, doktrin juga memiliki sebuah tujuan lain yakni menyatukan umat Tuhan
berdasarkan iman yang sama. Kita harus bergandengan tangan dalam satu
persekutuan dan bersatu dalam melawan berbagai ajaran sesat yang selalu
berusaha menumbangkan iman. Bahaya justru dating ketika doktrin memecah-belah
manusia yang seharusnya bersatu. Namun, takala menyangkut doktrin keselamatan, jauh lebih baik untuk dipecah-belahkan oleh
kebenaran daripada disatukan oleh kekeliruan. Hal ini membawa kita kepada
topik ketajaman dalam membedakan doktrin.
John McArthur mendefinisikan ketajaman dalam membedakan
sebagai “kemampuan untuk membedakan
kebenaran dari ketidakbenaran” atau, lebih tepatnya, “membedakan yang benar dari yang setengah benar”. Ketidakbenaran
biasanya mudah dideteksi; namun sesuatu yang merupakan campuran kebenaran dan
ketidakbenaran lebih sulit untuk dipisahkan. Ini memerlukan hikmat dan
keberanian yang ekstra.
Sebuah evaluasi
yang saksama mengenai perjalanan gereja
masa kini menyatakan bahwa apa
yang terlihat baik di permukaan belum tentu berakar dalam kebenaran.
Seringkali kita menemukan penyembuhan palsu, kebangunan rohani palsu dan
khotbah Injil palsu (baca Galatia 1:6-7; 2 Korintus 11:4). Itulah sebabnya,
Paulus memiliki alasan yang logis untuk menegaskan kepada kita, “Ujilah segala
sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis
kejahatan.” (1 Tesalonika 5:21-22). Kita diperintahkan agar berupaya
sebaik-baiknya untuk membedakan yang benar dari yang tidak benar dan yang benar
dari yang setengah benar.
Alkitab memperingatkan kita untuk mewaspadai pengajaran atau
doktrin dari guru-guru palsu. Paulus menubuatkan fenomena ini bagi Timotius,
“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat,
tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya.” (2 Timotius 4:3). Guru-guru palsu didiorong oleh
keinginan dan keserakahan mereka sendiri. Orang ingin mendengar apa yang
menyenangkan dirinya; mereka tidak ingin dosanya dipaparkan/ditemplak, tetapi
mereka bersedia mendengarkan orang yang sependapat dengan keinginan mereka.
Mereka menentukan standar untuk diri sendiri dan kemudian mencari seseorang
untuk mengabsahkan standar itu.
Ada beberapa hal yang dapat diamati
sebagai indikasi dari usaha mengembangkan suatu teologi yang tidak alkitabiah
bila seseorang tidak dalam penundukkan diri terhadap firman TUHAN Yesus :
👉Membenarkan diri sendiri apabila menumpuk kekayaan.
👉Memupuk
keangkuhan dengan menjadi juru bicara Tuhan yang istimewa
👉Menciptakan
situasi dimana ketidaksopanan dibenarkan.
👉Bahkan
bila seorang nabi palsu harus dipaparkan sebagai seorang penipu, ia masih
mampu berdalih karena “Tuhan sudah mengampuni dia; mengapa kita tidak?”
Singkatnya, tidak ada yang
diizinkan untuk melawan ajaran palsu, gaya hidup yang patut dipertanyakan dan
haus akan kekuasaan.
Tidak aneh bila ketajaman untuk membedakan sangat sulit
ditemukan. Merasa gerah dengan dampak-dampak buruk dari permasalahan doktrinal
masa kini dan larut dalam semangat untuk bersatu, membuat kita sudah mengalah
kepada ilah zaman ini. Karena kita takut dianggap tidak mengasihi, kita sudah
mengizinkan berkembangnya suatu iklim di mana pendapat dianggap seabsah setiap
pendapat lain. Kita begitu takut kalau dituduh sudah melakukan pembedaan
sehingga kita lupa bahwa kita memang harus membedakan pengajaran. Kata kasih
telah disalah artikan dan dilemahkan hakikatnya ketika melarang kita untuk
menentang dengan mengatakan, “Ini palsu.” Jadi, kita harus dengan santun
menerima setiap orang yang berkata, “Tuhan berkata kepada saya bahwa …”
B.2. Mujizat Palsu
Tidak
sedikit anggota jemaat dari berbagai denominasi gereja yang tenggelam dalam
mujizat dan mujizat tanpa memeriksa sumbernya. Yang mereka kejar dalam KKR-KKR
adalah mujizat dan bukan lagi kerinduan untuk menerima pemulihan atas karakter
yang tidak berkenan kepada Tuhan demi pendewasaan rohani. Mempraktekan suatu
kehidupan yang saleh dan kudus bukanlah menjadi target utama mereka menghadiri ibadah. Mujizat
merupakan harga mati dalam pikiran orang-orang Kristen tidak memiliki fondasi
kebenaran firman yang baik dan kokoh.
Yesus
telah melakukan banyak mujizat semasa hidupNya dan berbicara banyak mengenai
hal yang satu ini. Pada suatu kesempatan (khotbah di Bukit), Yesus mengatakan
kepada para murid dan orang banyak yang mendengarkanNya :
“Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang
akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!" (Matius 7:21-23)
Bertolak dari kutipan ayat di atas
kita dapat mengatakan bahwa Yesus telah memberi peringatan kepada kita sebanyak
tiga kali.
Pertama-tama,
sebuah mujizat tidak selalu berasal dari Tuhan hanya karena mujizat itu dibuat
oleh sesorang yang menyapa Yesus dengan kata “Tuhan.” Ada banyak pembuat
mujizat yang berbicara dengan penuh respek mengenai Kristus; mereka mengakui
bahwa sesungguhnya, Ia adalah Tuhan; tetapi pembuat-pembuat mujizat itu bukan
berasal dari Tuhan. Ingat! Mujizat yang berasal dari Tuhan harus berlandaskan
doktrin alkitabiah yang sehat; akan tetapi hendaknya dicatat bahwa doktrin
sehat sekalipun bukanlah bukti yang mutlak bahwa sebuah mujizat berasal dari
Tuhan. Itu harus dibarengi dengan iman yang sehat dan sejati kepada Yesus
Kristus.
Kedua,
sebuah mujizat tidak selalu berarti berasal dari Tuhan hanya karena mujizat itu
menolong manusia. Dalam perikop (Matius 7) tadi, Yesus meneguhkan hati kita
bahwa roh-roh jahat secara jelas sudah diusir dan mujizat-mujizat yang
menguntungkan juga sudah diadakan. Akan tetapi, ternyata mujizat-mujizat
tersebut bukan berasal dari Tuhan.
Ketiga,
kita seringkali bertanya-tanya, Apakah nabi-nabi palsu pembuat mujizat-mujizat
ini tahu bahwa mereka telah disesatkan? Agaknya, ada di antara mereka yang tahu
bahwa mereka adalah palsu yang dengan sengaja memanfaatkan orang-orang lain
untuk kepentingan dan ketenaran mereka. Namun ada juga yang tulus, yang
mempercayai bahwa karunia-karunia untuk mengadakan mujizat itu berasal dari
Tuhan. Namun demikian, sekali lagi, sebuah mujzat tidak selalu berarti berasal
dari Tuhan hanya karena pembuat mujizat itu memiliki keyakinan dari sorga.
Namun,
adakah nabi-nabi palsu yang juga adalah orang-orang Kristen sejati? Dapat
dipastikan, banyak orang yang tidak sependapat, tetapi dalam kenyataannya,
“Ya”. Sejumlah orang yang diselamatkan agaknya telah disesatkan bahwa mereka mampu “mendengar dari Tuhan.” Sementara
itu, ada yang memiliki mujizat-mujizat yang tidak pernah mereka uji dan begitu
saja diasumsikan berasal dari Tuhan. Jika Anda diajar bahwa setiap kesembuhan
jasmaniah berasal dari Tuhan, maka adalah mudah untuk melihat mengapa
orang-orang beriman seringkali terdorong untuk mendalami ajaran-ajaran palsu
dan mujizat-mujizat palsu.
JIka
kita bertanya mengapa Tuhan mengizinkan yang palsu dan yang benar ini berbaur
dan hadir bersama-sama – bahkan bisa dalam diri orang yang sama – kita hanya
dapat menjawab bahwa Ia melakukan semua ini untuk menguji kita. Anda mungkin masih
ingat akan peringatan Tuhan terhadap orang Israel mengenai nabi-nabi palsu yang
akan muncul ditengah-tengah mereka lalu bernubuat dan nubuat itu pun
benar-benar terjadi. Tetapi maksud Tuhan yang sebenarnya adalah, “….TUHAN,
Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi
TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.” (Ulangan
13:3). Sebaiknya kita memeriksanya dari awal dan juga beberapa ayat berikutnya
agar lebih dapat dipahami. Saya kutipkan di sini :
13:1 Apabila di tengah-tengahmu
muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu
tanda atau mujizat,
13:2 dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita
mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,
13:3 maka janganlah engkau
mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba
kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
13:4 TUHAN, Allahmu, harus kamu
ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya,
suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.
13:5 Nabi atau pemimpi itu
haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu,
yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari
rumah perbudakan -- dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang
diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus
kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (Kitab Ulangan)
C. ROH IZEBEL & ROH AHAB
C.1. Roh Izebel
Yohanes, penulis kitab Wahyu secara profetik menghadapi
roh Izebel dalam pesannya kepada jemaat di Tiatira (Wahyu 2:18-29). Roh ini
dipersonifikasikan dalam Perjanjian Lama oleh Izebel, seorang puteri Sidon yang
menikah dengan Ahab, raja Israel (baca 1 Raja2 16:29-33).
Nama Izebel berasal dari bahasa Fenesia, yang berarti “tidak bersuami”. Walaupun dia menikah,
Izebel kurang menundukkan diri dan ketidaksetiaannya membuktikan bahwa
pernikahan tidak berarti apa-apa baginya. Pernikahannya hanya sekadar suatu
persekutuan politik yang memampukan dia menjadi bukan saja ratu, tetapi
sesungguhnya, peranannya sebagai raja. Dia mempunyai jawaban bagi semua masalah
raja. Izebel membawa serta praktek agama yang buruk kepada Israel. Dia menukar
kekudusan dengan kenajisan. Alkitab juga menunjukkan bahwa Izebel adalah
seorang pelacur dan perempuan sundal yang juga melakukan sihir (2 Raja-raja
9:22).
Izebel mempelajari pengkhianatan dari ayahnya, Etbaal
(dlm bhs Fenesia, “menyerupai Baal”). Etbaal menjadi raja melalui pembunuhan
berencana. Itulah sebabnya, kegemaran Izebel dalam membunuh telah berurat-akar.
Memusnahkan hidup seseorang demi mencapai sebuah tujuan. Izebel bukanlah wanita
biasa. Dia memiliki pengamatan yang tajam akan hal-hal dramatis. Setiap
tindakan dan perkataannya harus dipatuhi dengan segenap hati bila tidak maka
nyawalah taruhannya.
Izebel mempunyai karakteristik kepribadian yang memanipulatif, pengendali, penyimpangan
seksual dan penyembahan berhala. Berkenaan dengan karakteristik yang
dimilikinya, dapat disimpulkan bahwa dia adalah seorang wanita yang
membangkitkan murka dalam hati Tuhan.
Saya yakin bahwa roh jahatlah yang mendorong tindakan Izebel dan yang berada di
balik pengaruhnya yang merajalela, bahkan, yang kemudian disebut sebagai roh
Izebel telah hadir dan tidak pernah diberantas dalam gereja. Sebaliknya, roh
ini menikmati pemerintahan yang tidak kudus. Sementara kita menjelang masa
akhir, roh jahat ini tampak makin berakar dalam gereja.
Roh Izebel itu busuk – ia menyamarkan dirinya,
menyesatkan dan bermanuver untuk menginfiltrasi kehidupan rohani para pemimpin
gereja. Tanpa roh pewahyuan dari Tuhan, pekerjaan rahasia Izebel, khususnya di
dalam diri kita sendiri atau di dalam diri orang-orang di sekitar kita, tidak
dapat dikenali/dideteksi (baca Yesaya 11:2-3). Gereja saat ini sangat
memerlukan kepekaan untuk mengenali
pekerjaan rahasia si “penguasa” ini.
Salah satu karakteristik yang menjadi ciri khas roh ini
adalah memanipulasi dan mengendalikan para pemimpin yang memiliki struktur
otoritas : “…. Menyesatkan hamba-hamba-Ku ….”(Wahyu 2:20). Ia adalah
pemimpinnya para para pemimpin. Roh ini tidak menyatakan diri dalam
perlawanan terbuka terhadap mereka; ia menyelinap melalui tipu daya, dengan
melekatkan dirinya pada pemimpin dan khususnya mereka yang mengawasi pemimpin
lain. Biasanya hal ini terjadi melalui kehidupan rohani pemimpin atau melalui
orang-orang di sekitarnya. Ingat bahwa kitab Wahyu itu bersifat profetik dan
simbolis. Izebel, dengan demikian, tidak selalu merupakan sosok pribadi, tetapi
suatu roh. Karena itu bila roh ini dapat berpijak dalam kehidupan pemimpin, ia
akan bekerja melalui mereka secara maksimal.
Keluarga dan
koneksi keagamaannya siginifikan. Seperti yang sudah kit abaca dan simak, ia
adalah puteri raja Sidon yang melayani Imam Besar Asyera. Asyera digambarkan
oleh Yeremia sebagai Ratu Surga (Yeremia 7:18), berasal dari Ishtar di Babel,
yaitu dewi cinta dan perang serta ibu dan pencipta umat manusia. Dalam
penyembahan Kanaan (Tirus dan Sidon), ia menjadi dewi bulan dan istri Baal.
Izebel adalah roh sensualitas dan tipu daya. Ia menampilkan
dirinya sebagai suara Allah : “…. yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan
menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya
berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.” (Wahyu 2:20).
Ia mengklaim sebagai suara Allah bagi
para pemimpin, membawa mereka ke dalam perzinahan rohani dan penyembahan berhala.
Intinya bukanlah percabulan seksual dan penyembahan berhala secara hurufiah.
Meskipun penyembahan berhala kafir asusila dalam prakteknya namun dianggap oleh
para nabi Perjanjian Lama sebagai perzinahan rohani. Karena itu, pengajaran
Izebel tidak mesti mendorong atau mempraktekkan tindak amoral. Meskipun sebagai
roh sensualitas, kalau tidak dihadapi, ia dapat membawa kepada imoralitas dan merupakan
akar penyebab wabah imoralitas yang melanda kepemimpinan gereja saat ini.
Roh ini menjauhkan para
pemimpin gereja dari keakraban dengan Tuhan ke dalam hubungan sensual dengan
ilah dunia ini – dengan berhala sukses dan kekuasaan. Dan persis seperti Israel
yang menyembah berhala, bentuk lahiriah kerohanian tetap dipertahankan, semakin
menyamarkan penyesatannya. Ia menginfiltrasi ibadah, sehingga secara bertahap
menjadi lebih menarik bagi kelima indera. Sebagai penggoda (2 Raja-raja 9:30),
roh Izebel dengan memanfaatkan kecantikannya, memperdaya melalui panca indera
dan mencemari sebagaian besar ibadah kontemporer dengan menyatakan diri sebagai
nabiah.
Ia cantik dan menjanjikan pemuasaan
sesaat – hasil yang memuaskan panca indera –
memuaskan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Para
pemimpin menolak untuk menghadapi dosa atau akar masalah dalam kehidupan mereka
atau di dalam jemaat. Mereka lebih menyukai selubung kosmetik untuk menjaga
citra dan mempertahankan control. Realitas dosa ditutup-tutupi – mesin
keagamaan harus terus berputar – dan bagian luar cawan dibasuh, namun bagian
dalamnya tetap “penuh rampasan dan kerakusan” (Matius 23:25).
Tidak ada gereja
yang terlalu hebat, sehat dan murni sehingga terbebas dari roh Izebel. Pada
kenyataannya, makin besar sebuah gereja, makin besar jaminan bahwa roh Izebel
akan mencoba memperoleh pengaruh dan kekuasaan di dalamnya kecuali gembala, tim
kepemimpinan, pendoa syafaat dan mereka yang mempunyai karunia nubuat menjalankan tugas mereka dan menahan
serangan roh jahat itu. Roh ini dapat ditemukan dalam semua bentuk gereja dan
denominasi.
Berikut
ini ada beberapa ciri yang menyertai
pekerjaan roh Izebel dalam gereja. Satu ciri yang ditampilkan tidak menunjukkan
bahwa seseorang memiliki roh Izebel “yang dewasa”. Mungkin hanya menyatakan
bahwa orang itu belum dewasa secara rohani dan emosi. Tetapi, ketika terdapat
perpaduan beberapa ciri berikut ini maka ada indikasi yang kuat bahwa seseorang
itu dipengaruhi oleh roh Izebel. Penyataan yang berkesinambungan dari sifat ini
memerlukan pengamatan lebih seksama pada orang tersebut dan situasi yang
timbul. Ciri-ciri tersebut antara lain :
👉Ingin mengendalikan mereka yang benar2 memiliki jawatan nabi dengan cara mengintimidasi mereka dengan menyampaikan nubuatan2 palsu.
👉Untuk memperoleh dukungan, orang ini sering membidikkan sasaran kepada seorang gembala atau staf gereja yang lemah agar mudah ditundukkan dan akhirnya mengambil alih pemerintahan gereja.
👉Mencoba memperoleh ketenaran dan dukungan penggembalaan, orang ini akan membentuk perpaduan siasat dengan orang-orang yang dipandang rohani atau mempunyai pengaruh.
👉Orang ini seringkali membayangkan mimpi dan penglihatan dari khayalannya atau meminjam dari orang lain untuk bisa mendapat dukungan dan tampil lebih rohani.
👉Memperlihatkan kerendahan hati palsu ketika orang tersebut telah mendapat dukungan. Tetapi, sifat aslinya akan segera ketahuan setelah itu.
👉Saat ditentang, orang ini akan melindungi diri dan membenarkan dirinya dengan mengatakan, “saya hanya mengikuti perintah Tuhan” atau “Tuhan mengatakan kepada saya untuk melakukan ini.”
👉Orang ini sering berdalih memiliki wawasan rohani yang luar biasa dalam pemerintahan gereja dan seluk-beluknya, tetapi ia tidak akan menarik bagi otoritas yang tepat. Pendapat orang ini sering menjadi “penentu” dalam pemecahan masalah, oleh sebab itu ia mengangkat pemikirannya melampaui pemimpin.
👉Motivasinya tidak murni; dapat dilihat dari usahanya untuk memiliki “murid-murid” dan memerlukan peneguhan terus-menerus dari para pengikutnya. Orang ini akan berusaha untuk mencari-cari kesalahan pemimpin dan menyebarkannya untuk memperoleh dukungan.
👉Menyelubungi harga diri yang rendah dengan kesombongan rohani, orang ini ingin terlihat sebagai orang yang paling rohani dalam gereja.
👉Ia bisa menubuatkan separo-kebenaran dan fakta yang hanya sedikit diketahui, seolah-olah itu datang dari Tuhan kepada mereka yang ingin mendengarnya. Inilah yang disebut nubuat kejiwaan.
C.2. Roh Ahab
Roh Ahab
melambangkan pelepasan otoritas atau paling tidak, otoritas pasif. Atau
setidak-tidaknya pikiran yang pasif. Roh Ahab menyukai posisi yang dimilikinya
dan khawatir akan konfrontasi. Seseorang yang memiliki roh Ahab lebih baik
berdamai berapa pun harganya, meskipun itu mengarah pada persekutuan yang tidak
kudus.
Seseorang yang
berada di bawah pengaruh roh Ahab seringkali akan membuat kesepakatan gencatan
senjata daripada mengikat perjanjian, melacur daripada menguduskan hubungan.
Bagaimana Anda dapat mengadakan gencatan senjata dengan seseorang yang
mempunyai tujuan membinasakan Anda? Roh Ahab senantiasa akan mengorbankan masa
depan demi perdamaian hari ini. Ahab memberikan pijakan bagus kepada musuh
untuk menghancurkan kredibilitas dan bahkan dirinya sendiri.
Roh Izebel hanya
dapat bekerja di tempat yang memberinya otoritas. Roh ini tidak bisa bekerja
tanpa izin legal dari pemegang otoritas yang sesungguhnya. Ia mencari seseorang
yang memegang otoritas, yang melaluinya ia dapat memperoleh akses masuk ke
dalam pelayanan gereja lalu menguasainya.
Bekerja
bahu-membahu, roh Ahab dan Izebel secara diam-diam membentuk suatu hubungan
rahasia yang saling tergantung. Keduanya
saling membutuhkan dan saling memberi makan untuk mencapai sasaran mereka.
Seorang gembala yang dipengaruhi oleh roh Ahab membutuhkan pertolongan dari
seseorang yang mempunya roh Izebel, untuk menopang posisi dan memperkuat markas
utama mereka.
Seperti
kebanyakan pemimpin saat ini,
pemerintahan Ahab ditandai dengan mencoba menenangkan dan mententeramkan
tuntutan Izebel. Dia membiarkan perintah dan praktek Izebel yang buruk.
Tidak sedikit gembala yang merangkul
seseorang melalui roh Izebel karena orang itu tampak memiliki kecakapan dalam
kepemimpinan atau wawasan rohani yang akan menolong sebuah gereja bertumbuh.
Bahkan mungkin beberapa gembala meyakinkan diri mereka bahwa, seiring dengan
waktu, mereka akan “mendewasakan” orang itu secara rohani. Tetapi dalam proses
menolong orang ini, banyak gembala melakukan suatu kesepakatan yang melemahkan
otoritas mereka. Ingatlah, roh Ahab yang menenangkan sesungguhnya membangkitkan
markas utama Izebel yang mematikan.Roh Izebel akan menodai semua yang disentuhnya.
Yang kudus akan menjadi najis. Orang akan mulai meninggalkan gereja, tanpa
mengetahui alasannya; mereka hanya merasa terdorong untuk pergi, seakan-akan
mereka dapat merasakan kegelapan yang berada di ambang pintu.
Untuk itu kita perlu mengenali/mengidentifikasi
roh Ahab yang bekerja atau sementara mempengaruhi para pemimpin gereja.
Ciri-cirinya antara lain :
- Pemimpin Ahab mengutamakan
program daripada hadirat Allah. Program pembangunan yang ambisius dan
sukses menuntut kemampuan dan organisasi manusia. Gereja dan pelayanan
lalu bergantung pada tangan manusia.
- Pemimpin Ahab bergantung pada
kelihaian persekutuan politik untuk mengamankan kedudukan mereka dan tidak
menaati firman Allah. Dukungan manusia lebih penting daripada dukung
Allah. Roh politik ini selalu merupakan roh pengkhianatan.
- Pemimpin Ahab selalu mengutamakan
kompromi karena desakan kebutuhan. Mereka mengandalkan kemampuan manusia
untuk mengamankan kepentingan mereka. Keselamatan pribadi dan popularitas
menjadi penentu arah dalam pengambilan keputusan. Roh kompromi ini
mendukung “penjaga perdamaian” dan menghambat “pembawa perdamaian.” Para
pemimpin gereja yang berada di bawah pengaruh roh kompromi Ahab,
memperhamba diri pada “popularitas pastoral” dengan mengorbankan kemurnian
profetik.
- Pemimpin Ahab mengejar
penampilan lebih dari kemurnian. Disinilah Ahab bersinergi dengan roh
agamawi agar nampak “rohani.” (Yohanes 5:39-40)
- Pemimpin Ahab yang tamak dan
serakah akan berlindung dibalik kekuasaan wilayah teritorialnya,
menginginkan dan merampas warisan orang lain. Dengan menggunakan
kedudukannya demi kepentingan pribadinya, Ahab tanpa nurani merendahkan
kesejahteraan orang lain. Gereja dan pemimpin, bila bekerja hanya untuk
kepentingan territorial, dipaksa untuk mengokohkan kedudukan mereka tanpa
memperhatikan kepentingan orang lain.
- Meskipun secara kepribadian ia
orang yang santai, karakter Ahab ternyata sangat bebal. Ketika rencananya
digagalkan, hal ini menyulut kemarahan terpendam dan depresi yang
mengikutinya. Kebebalan, kemarahan dan depresi memberikan pijakan bagus
kepada Izebel – kepada roh sihir (1 Raja-raja 21:5-7).
- Pemimpin Ahab yang mengutamakan
kenyamanan pribadi lebih dari apa pun memberikan peluang bagi praktek
sihir lewat gaya hidup dalam kedagingan (Galatia 5:-19-20). Roh sihir tak
ayal lagi akan menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi.
~ P E N U T U P ~
Gereja dan umat
yang berlindung di dalamnya tak boleh terus-menerus terkecoh oleh berbagai
pelayanan berkedok yang mencatut nama Tuhan namun yang sebenarnya sementara
menghambat bahkan membunuh pertumbuhan iman/rohani. Setiap kita, baik para
pelayan Tuhan maupun anggota jemaat biasa, telah diberi hak dan tanggung-jawab
rohani serta kemampuan untuk menguji setiap roh (1 Yohanes 4:1).
Bekalilah pikiran
Anda dengan kebenaran firman Tuhan dan mintalah pertolongan Roh Kudus Yesus
agar Anda bisa memahaminya dengan benar serta mintalah perlengkapan kuasa dari
Roh Kudus agar anda dapat mengalahkan semua tipu daya Iblis (Efesus 6:10-13).
Ingat! Roh agamawi
senang melontarkan firman di mana pun dan menggunakannya dengan cara yang sama
dengan yang dipakai Iblis terhadap Yesus – untuk menipu, mengikat dan
membinasakan. Bahkan setelah Anda bebas dari roh agamawi, ia masih akan terus
merebut kembali tempatnya dengan cara ini (bdk. Lukas 4:13). Namun ketika Anda
berjalan dalam kebenaran firman Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Kudus, seperti
Yesus, Anda juga bisa menggunakan pedang Roh untuk menghancurkan
serangan-serangan ini.
Waspadailah setiap
bentuk pengajaran dan periksalah demonstrasi mujizat yang nampaknya begitu
spektakuler, apakah sesuai dengan esensi kebenaran firman Tuhan?
Untuk “menjalankan
teologi”, demikian bunyi sebuah slogan, kita harus berpikir dengan cara
antithesis. Ini berarti bahwa jika kita membenarkan sebuah doktrin, kita juga
harus menolak doktrin yang bertentangan. Sikap ini menjadi dasar dari semua
pola pikir yang rasionil; alam pikiran manusia perlu bekerja dengan cara ini.
Bukan hanya itu, pola pikir semacam ini
konsisten dengan ajaran-ajaran Alkitab.
Siapa pun di antara
kita yang percaya bahwa Alkitab aalah satu-satunya sumber pewahyuan dari Tuhan
tidak mengharapkan adanya pewahyuan lain melalui ucapan para guru, nabi,
penginjil, maupun pengkhotbah KKR. Jika ada orang yang berkata, “Tuhan berkata
kepada saya,” boleh jadi kita menganggap pernyataan tersebut menarik; adakalanya
seseorang bisa benar dalam menilai kesan yang ia terima, tetapi kita tidak
boleh memperlakukan “pewahyuan” ini sebagai firman Tuhan yang tidak mungkin
salah.
Sekali kita
menerima Alkitab sebagai satu-satunya dasar untuk semua doktrin, kita mendapati
bahwa Alkitab sendiri menolong kita dalam mendefinisikan doktrin-doktrin apa
yang tidak dapat dikompromikan (baca Galatia 1:6-9).
Sejumlah orang
mengajarkan bahwa kita dapat menginjil dengan cara yang lebih efektif apabila
kita mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat untuk membuktikan autentisitas
pesan Injil. Meskipun demikian, banyak dari tanda-tanda serta mujizat-mujizat
tersebut lebih menyerupai kepercayaan pada roh yang melintasi batas budaya yang
popular daripada ajaran-ajaran Alkitab. Bagaimanapun juga, kita harus ingat
bahwa agama Kristen tidak menjadi unik karena mujizat-mujizatnya.
Tentu saja, kita
harus menekankan bahwa Tuhan mengadakan mujizat dan mujizat Tuhan masih terjadi
dan nyata hingga saat ini, tetapi tidak bijak untuk lebih berfokus pada mujizat
dibandingkan pada pesan Injil. Dewasa ini banyak sekali orang yang haus akan
tanda-tanda dan mujizat-mujizat tetapi tidak bersedia mempercayai bukti yang
sangat kuat mengenai kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, sang pembuat
mujizat sejati.
Mujizat-mujizat
dalam nama Yesus, untuk kemuliaan Tuhan, memang terjadi dewasa ini. Namun, jika
kita harus “menguji segala sesuatu” seperti yang diajarkan Paulus kepada kita
(1 Tes. 5:21), kita harus bersedia menyelidikinya untuk melihat apakah pengalaman itu memenuhi kriteria
alkitabiah.
Gereja tidak boleh
terjebak lagi dengan pola kepemimpinan Ahab yang tidak berintegritas; hanya
mengutamakan kenyamanan dan kepentingan pribadi dengan menggunakan cara-cara
yang tidak bermoral dan terpesona dengan “kecantikan” Izebel yang haus
kekuasaan dan penuh tipu muslihat yang menghancurkan pelayanan pekerjaan Tuhan
yang sesungguhnya.
Akhirnya, Tuhan
Yesus Kristus menolong kita untuk memiliki keseimbangan rohani, “Janganlah
padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu
dan peganglah yang baik. Jauhkanlah
dirimu dari segala kejahatan” (1 Tesalonika 5:19-21).
DAFTAR PUSTAKA
Conquering the Religious Spirit, Tommi Femrite & Rebecca Wagner
Sytsema, Andi Offset, Yogyakarta, 2009
Iblis dalam Gereja, Elis H. Skolfield, Kerygma Komunika, 1998.
Membuka Topeng Roh Izebel, John Paul Jackson, Imanuel, Jakarta,
2004.
Ular-ular Dalam Gereja, David Orton, Andi Offset, Yogyakarta, 2005
Siapakah Anda sehingga Anda Menghakimi, Erwin W. Lutzer, Gosple Press,
Gospel Press, Batam, 2006
Berbagai Tipuan Dalam Pelayanan,
Bulle, Florence, Gandum Mas, Malang, 2000.
Tell The Truth, Will Metzger,
Penerbit Momentum, Surabaya, 2005
Mcelrath, W.N. dan Billy Mathias. Ensiklopedia
Alkitab Praktis, Edisi kedua, Penerbit Lembaga Literatur Baptis-Bandung.
Salim, MA, Drs. Peter. The Contemporary
English-Indonesian Dictionary, Modern English Press, Jakarta, 1996.
Salim, MA, Drs. Peter,
Yenny Salim, B.Sc. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Press,
Jakarta, 1991.
The Gideons
International. Holy Bible, National Publishing Company, USA, 1978.
Thompson, Steve. Semua
Boleh Bernubuat, Nafiri Gabriel, Jakarta,
2000.
Vine, W.E., Merrill F. Unger,
William White,Jr. VINE’S, Complete Expository Dictionary of Old and New
Testament Words, Thomas Nelson Publishers, Nashville Camden, New York, 1985.
💁♂️fides quaerens intellectum🧏♂️
🤝Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus...💝