Halaman

Selasa, 25 November 2025

CURAHAN KASIH KARUNIA 👉(Seri-1️⃣2️⃣)

 


BENIH LALANG KERAGUAN


Langkah awal menuju ketidakpercayaan adalah ragu-ragu. Seperti halnya Yesus mengharapkan iman sebesar biji sesawi dari para murid-Nya dan bahkan dari semua orang percaya yang hidup di akhir zaman ini, demikian pula si Jahat menabur benih penghancur iman yang berbentuk lalang keraguan dengan suatu harapan, dikemudian hari lalang ini menghambat bahkan membunuh pertumbuhan benih sesawi iman tersebut.

Keraguan biasanya bersifat benalu yang terus menempel pada dinding iman dan dengan setia mengisap sari-sari makanan rohani yang tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangan iman seseorang. Keraguan dengan perlahan namun pasti mengikis kepercayaan dan ketergantungan seseorang kepada Kristus dan menggantikannya dengan – awalnya – kurang taat, kurang setia, kurang peka, kurang percaya, dan akhirnya menjadi tidak percaya lagi.

Keraguan mempunyai “saudara sepupu” yang bernama kebimbangan, sangsi, kuatir, ketidakpastian, plin-plan, gelisah, bertanya-tanya, kebingungan; yang dengan senang hati menempatkan seseorang pada simpang pemilihan dan pengambilan keputusan. Iblis paling suka menerapkan strategi awal penghancur iman yang berlabel keraguan ini. Iblis dan kroni-kroninya berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum mencari orang-orang percaya yang dapat ditelannya (I Petrus 5:8). Hawa adalah “buah sulung” dari benih lalang keraguan yang ditabur di tengah-tengah taman Eden. Setelah Hawa mendengar kebenaran firman YESUS yang telah dimanipulasi, maka muncullah tunas keraguan terhadap kebaikan YESUS, sang Pencipta. Dalam pikirannya, Hawa mulai mempertanyakan kebenaran larangan makan buah pohon yang di tengah-tengah taman. Hawa terjebak. Ia tidak mau sendirian. Ada orang terdekatnya – satu-satunya – yang pasti dengan sukarela mau menemaninya. Dari secuil tunas keraguan, bertumbuh menjadi kurang percaya, kemudian semakin besar menjadi tidak percaya lagi kepada perintah dan larangan TUHAN dan akhirnya menghasilkan buah pelanggaran, pengkhianatan, dan pemberontakan, yang dirangkum dalam satu kata, dosa.

Tomas adalah contoh otentik yang diperlihatkan Alkitab kepada kita. Walau Yesus telah berulang kali memberitahukan bagaimana Ia harus menderita, mati dan kemudian bangkit dari antara mati untuk menebus dosa isi dunia, para murid-Nya – tak terkecuali Tomas – tidak mengerti. Bahkan ironisnya, setelah bangkit dan menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yohana serta beberapa wanita lainnya, yang kemudian menceritakan peristiwa tersebut kepada para murid, namun tetap saja diragukan dan tidak dipercayai (baca Lukas 24:9-11). Karena keraguan dan ketidakpercayaan itu, Yesus pun datang menampakkan diri pada para murid yang sementara berada dalam ruangan yang terkunci karena takutnya. Kemudian mereka menceritakannya pada Tomas yang tidak hadir waktu itu, tapi ia tidak mau percaya sebelum melihat-Nya (Yohanes 20:24-25).

Keraguan telah menggiring iman keluar dari rel yang sesungguhnya. Keraguan membentuk ketidakpastian penggenapan janji-janji TUHAN bagi kita serta membatasi dan menghambat kinerja iman. Keraguan itu muncul karena kelemahan dan kerapuhan kemanusiaan kita. Keraguan merupakan kerinduan sedih untuk menjadi yakin akan hal-hal yang kita percayai.

Saat kita berada dalam pencobaan, setan berusaha mencegah kita menggunakan iman. Setan menyusupkan benih lalang keraguan dalam benak kita sehingga kita mulai mempertanyakan kebaikan hati TUHAN, Kita bisa saja datang menghadap TUHAN dengan hati yang bimbang dan berkata, “Benar, TUHAN sudah sembuhkan Ardy dan juga Kheren, namun apakah TUHAN bisa pulihkan perasaan saya yang telah tersakiti bertahun-tahun?” Setan mengetahui bahwa jika ia mampu membuat kita meragukan kebaikan TUHAN, perisai iman kita akan tidak bisa melindungi kita lagi. Kita harus punya sensibilitas terhadap usaha-usaha Setan menanamkan benih kebimbangan itu.

Bila kita sedang berada dalam situasi pencobaan dan membuat kita berpikir seperti ini, “aku tidak mengerti mengapa TUHAN mengizinkan hal buruk ini menghancurkan rumah tanggaku jika Ia memang baik,” kita dapat memastikan bahwa Setan baru saja berusaha memasukkan pikirannya ke dalam benak kita. Jika Setan dapat mengisi kita dengan ketakutan dan dari ketakutan itu menyebabkan kita meragukan kemurahan hati TUHAN, maka sebenarnya iman kitalah yang sedang dihancurkannya.

Keraguan adalah suatu hasil ketidakyakinan. Kebimbangan akan mengeraskan hati kita. Ketidakyakinan kita kemudian akan menjadi suatu nubuat yang menggenapi dirinya sendiri. Bila kita mengizinkan diri kita sendiri hidup dalam ketidakyakinan, kita sedang memilih untuk mengalami ketidakadaan pemberian TUHAN. TUHAN menjanjikan kepada bangsa Israel suatu tanah yang berlimpah susu dan madunya. Tetapi generasi mula-mula yang meninggalkan Mesir memilih untuk yakin bahwa mereka akan mati di padang gurun. Karena mereka tidak yakin bahwa janji TUHAN kepada mereka pasti digenapi, mereka menerima apa yang mereka yakini dari keragu-raguan mereka sendiri.

Sementara kita melalui padang gurun kita, Setan akan membangkitkan suatu gunung ketakutan dan keragu-raguan untuk menghalangi langkah iman kita. Kalau kita tidak menerima sesuatu pun dari TUHAN, itu karena kita bersikap mendua hati. Ketakutan dan kebimbangan itu akan menahan kita di padang gurun sampai kita mengalahkannya.

Keragu-raguan menyebabkan Anda menjadi seperti gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin (Yakobus 1:6). Selama segala sesuatunya terasa baik-baik saja maka segala sesuatu itu baik-baik saja. Anda merasa gembira selama orang-orang menghargai Anda, namun ketika Anda mengalami kesulitan, Anda berpikir bahwa YESUS telah meninggalkanmu. Anda segera merasa tertekan ketika seseorang menentang Anda atau situasi nampaknya tidak berjalan sesuai keinginan Anda. Ini adalah indikasi yang pasti bahwa Anda menaruh kepercayaan pada keadaan atau orang-orang, dan bukan pada TUHAN dan firman-Nya yang hidup. Anda seperti gelombang laut, tanpa keteguhan, terus-menerus bergantung pada dorongan dari luar dan terus-menerus menjadi korban keadaan. Ketika ditanya, “bagaimana keadaanmu, teman?” Anda menjawab, “melihat keadaan, saya baik-baik saja.” Dengan kata lain, keadaan mengatur Anda dan memberitahumu bagaimana seharusnya perasaanmu. Namun YESUS tidak ingin Anda seperti itu. TUHAN tidak ingin Anda menjadi orang yang mendua hati, tidak stabil di segala jalan Anda (Yakobus 1:8,9).

Kata kebimbangan dalam bahasa Yunani mengandung arti ketidakpastian. Kebimbangan atau keraguan, juga berarti tidak tetap, kurang keyakinan yang teguh. Bila kebimbangan terus dipelihara maka akan menelurkan ketidak-percayaan, yang akan bermuara pada lenyapnya iman.

Sebenarnya, perasaan ragu atau bimbang ini merupakan sifat yang manusiawi. Kita bisa menemukan dalam Alkitab catatan tentang orang-orang yang memelihara benalu keraguannya, bahkan diantara mereka adalah orang-orang besar seperti Daud, Salomo, Ayub atau Yeremia. Di dalam Perjanjian Baru dapat kita baca kisah keragu-raguan dari sang pembuka jalan bagi Yesus Kristus – Yohanes Pembaptis. Ia memberitahukan jawaban dalam khotbah-khotbah yang keras, tetapi ia juga menanyakan pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Saat ia duduk di balik jeruji besi, dalam penahanan raja Herodes, ia menyadari dirinya dalam keadaan yang sangat membimbangkan. Ia mengutus beberapa muridnya kepada Yesus dengan membawa pertanyaan, “apakah Engkau yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan yang lainnya?”

Yohanes Pembaptis, si pemakan belalang, dengan suara lantang tak kenal takut telah begitu giatnya mensosialisasikan kedatangan Sang Juruselamat di padang gurun Yudea. Yesus sendiri menggambarkannya sebagai yang terbesar “diantara mereka yang dilahirkan oleh perempuan”, benar-benar suatu pujian (Matius 11:11). Itu terjadi tidak lama setelah Yohanes membaptis Mesias. Tetapi sekarang jauh dari kerumunan orang dan baptisan sungai, dalam kegelapan sebuah kamar sempit penjara, semuanya jadi berbeda. Yohanes, yang tak pernah gentar itu, tidak dapat menahan diri untuk bertanya langsung, Engkaukah yang asli atau akankah semua impian dan harapan kami luluh-lantak lagi?

Jika itu dapat terjadi pada orang yang terbesar yang pernah dilahirkan perempuan, tak seorang pun dari kita yang bisa lolos. Keraguan tidak dapat dihindari, baik oleh orang yang lemah maupun orang yang kuat. Sebagian besar dari kita perlu menetapkan kata keraguan sebagai teman, bukan musuh. Tetapi ada kata lain lagi yang perlu mendapat perhatian dalam pemeriksaan rutin kita : ketidakpercayaan. Kita dapat mengatakan bahwa keraguan mengajukan pertanyaan; ketidakpercayaan menolak mendengarkan jawaban. Yang terdahulu adalah bagian yang sukar dalam perjalanan yang baik; yang terkemudian adalah jalan buntu, suatu penolakan untuk berjalan lebih jauh lagi; cukup di sini saja.

[lanjut... Part-1️⃣3️⃣




✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:

Posting Komentar