💁♂️IMAN SEBESAR INI
Sepanjang pengetahuan saya, Alkitab hanya mencatat dua ukuran “fisik” besar-kecilnya iman yang dimiliki seseorang, seperti yang pernah diucapkan Yesus. Pertama telah kita bahas di atas. Kedua, Yesus sendiri – dengan tidak bermaksud membatasi sebesar apa iman yang dimiliki oleh seorang Perwira Kapernaum – mengatakan “…. Iman sebesar ini …” (ceritanya dalam Lukas 7:1-9).
Alkitab memberitahukan pada kita sebuah pernyataan iman yang keluar dari mulut seseorang yang bukan keturunan orang Israel. Pernyataan iman yang luar biasa ini mendapat tanggapan dan sekaligus penilaian dari Yesus tentang kualitas iman yang dimilikinya. Bahkan, Yesus sampai terheran-heran dibuatnya (baca Matius 8:10, Lukas 7:9).
Di tengah-tengah kerumunan orang banyak, Yesus berkomentar, "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!". Ini merupakan suatu penilaian obyektif positif untuk iman Perwira Kapernaum dan sekaligus merupakan sebuah “tamparan” memalukan bernilai merah bagi orang Israel dan murid-murid-Nya yang berhati degil (bacalah Markus 3:5; 6:52).
Dihadapan Yesus, para murid dianggap statis bahkan cenderung stagnan dalam menumbuh-kembangkan atau memperbesar iman yang mereka miliki. Mereka adalah “orang dalam” yang tidak becus bahkan untuk ukuran iman sekecil biji sesawi saja pun mereka tidak punya (simak Matius 17:20). Ironis memang. Mereka hidup bersama Yesus, mengadakan perjalanan pelayanan bersama-Nya bahkan ada yang sering bersandar pada dada Yesus hanya untuk sekedar mendengar detak jantung-Nya. Tapi kasihan mereka itu. “Iman sebesar ini …” tidaklah dijumpai di antara orang Israel bahkan tidak juga ditemukan di antara tiga orang murid andalan, – Petrus, Yakobus dan Yohanes – dari dua belas orang yang dipilih-Nya. Mungkin karena mereka sudah menjadi terpelajar dalam bidang teologia sehingga lupa pada pemahaman dasar iman yang seharusnya mereka terapkan.
Ternyata, kedekatan fisik para murid dengan Yesus, tidaklah serta-merta menjadikan iman mereka bertambah besar melebihi orang lain. Iman bisa menjadi semakin besar bila – dan hanya bila – seseorang memiliki kedekatan hubungan dengan Kristus secara rohani dalam hidupnya. Dan Perwira ini memiliki-Nya. Para murid hanya mencari keuntungan dari mukjizat-mukjizat yang diadakan-Nya.
“Iman sebesar ini”, menunjukkan progresifitas yang diawali dengan satu kata percaya, bertambah menjadi kumpulan kecil percaya, yang kemudian membentuk iman sebesar biji sesawi dan terus-menerus diberi pupuk rohani dan dirawat dengan baik sesuai petunjuk yang tercatat dalam Alkitab.
Yesus tidak berkeinginan untuk memberi batasan tingkat pertumbuhan iman yang kian lama kian membesar. Tidak ada suatu standar ukuran seberapa besar iman yang nantinya akan dimiliki seseorang – memang untuk awal pertumbuhan, Yesus menginginkan iman sebesar biji sesawi.
Sekali lagi, Yesus memberi komentar tentang ukuran figuratif iman yang dimiliki seorang wanita Kanaan, – kali ini juga bukan dari orang Israel – ….”Hai ibu, besar imanmu, …..” (bacalah Matius 15:22-28).
Ada kesamaan ukuran ataupun kualitas iman yang dinyatakan oleh dua orang yang notabene tidak terhitung sebagai keturunan Israel. Keduanya, Perwira Kapernaum dan wanita Kanaan, menyadari bahwa secara lahiriah mereka bukanlah bangsa Israel. Mereka dianggap sebagai bangsa kafir yang harus dihindari oleh orang-orang Israel. Kaum marginal yang tidak pantas bersosialisasi dengan bangsa pilihan. Tetapi ternyata, mereka lebih mengenal pribadi Yesus Kristus secara rohani lewat iman yang aktif daripada orang-orang Yahudi itu sendiri. Mereka yang dipandang sebelah mata, dianggap tidak beriman dan tidak akan diselamatkan oleh sang Mesias, ternyata dipuji dan dijadikan contoh iman yang bertumbuh dan produktif.
Pernyataan iman kedua “orang asing” tersebut bukan untuk kepentingan mereka tetapi wujud belas kasihan mereka terhadap orang lain. Perwira Kapernaum peduli dengan hambanya dan wanita Kanaan sangat mengasihi anak perempuannya. Iman mereka tidak didemonstrasikan untuk memindahkan gunung, tidak juga untuk memenuhi kebutuhan mendesak yang tak bisa ditunda.
Iman wanita Kanaan sempat “dicekal” oleh murid-murid Yesus bahkan awalnya Yesus sendiri sama sekali tidak mau menjawab seruannya dan secara terang-terangan menolak permintaannya dengan alasan perbedaan etnis. Perempuan Kanaan dan anak perempuannya tidak terhitung domba yang terhilang dari umat Israel yang harus dicari dan diselamatkan. Yesus yang sangat diharapkan sanggup menyembuhkan dan menyelamatkan anak perempuannya yang sering dirasuk setan malah berbalik menyebutnya seperti seekor anjing buduk. Ia dihina dan sangat direndahkan oleh calon penolongnya di hadapan banyak orang. Tapi iman yang dimotivasi oleh kasihnya mengabaikan hak asasi manusia yang seharusnya dipertahankan. Kehormatannya sama sekali bukanlah sesuatu yang harus diperhitungkan demi nyawa anaknya. Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan apa kata orang ketika ia berseru-seru seperti orang gila, meminta perhatian Yesus. Syukurlah, mesin imannya berfungsi dengan baik, mengalahkan segala penghalang yang menghadang. Dan … ia berhasil…!
Wanita asing ini bukan saja mendapat perhatian Yesus, ia mendapat lebih dari yang diharapkan. Hinaan diubahkan jadi pujian. Ia yang tadinya tidak diperhitungkan, dijadikan contoh bagi orang-orang pilihan. Ia telah memenangkan pertempuran dalam keganasan sebuah medan perang yang telah mengoyakkan harga dirinya. “… Benar TUHAN, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”.
Perwira Kapernaum pun rela “menurunkan” pangkat dan jabatannya demi memohon kesembuhan bagi budak beliannya. Iman yang digerakkan oleh kasih memiliki daya juang yang tidak kenal menyerah. Iman Perwira ini telah menjembatani kuasa kesembuhan Yesus sampai pada hambanya. Bahkan dengan perkataan iman, ia mendesak Yesus; – untuk tidak perlu merepotkan diri datang ke rumahnya – “…katakan sepatah kata saja maka hambaku itu akan sembuh”.
Iman yang sebesar ini, dapat menggambarkan besarnya daya sandar seseorang kepada Allah. Iman yang besar, memang tidaklah dapat dilihat dan diukur secara kasat mata tetapi dapat dilihat dari hasil yang dicapainya.
Semakin besar iman seseorang menunjukkan semakin besar dan banyaknya permasalahan ataupun penderitaan hidup yang disandarkannya pada Kristus. Iman seperti ini berfungsi secara aktif untuk memindahkan segala ketidakmampuan dan kelemahan kita dan membiarkan TUHAN mengalirkan kuasa supranatural-Nya dalam hidup kita untuk menghadapi dan menyelesaikan setiap pergumulan hidup ini.
Bila saja kita mau menaklukkan kesanggupan inderawi kita, keangkuhan moral dan kehebatan nalar kita pada-Nya, maka akan semakin besar daya sandar kita pada kekuatan kuasa kasih-Nya.
Perwira Kapernaum dan wanita Kanaan telah memiliki iman sebesar ini. Mungkin Anda adalah orang ketiga yang akan membuat Yesus heran ketika mendengarnya. Perjalanan masih jauh, kuatkanlah hatimu. Mari bersama saya, kita telusuri ziarah iman yang menggoda ini. [lanjut... Part-6️⃣]
✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:
Posting Komentar