Sejak di taman Eden, Allah tidak hanya menciptakan manusia untuk hidup, tetapi juga untuk mengenal. Dalam kisah penciptaan, Alkitab mencatat bahwa di tengah taman, Tuhan menempatkan pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kejadian 2:9). Dua pohon ini bukan sekadar elemen taman, melainkan simbol dari tujuan dan tanggung jawab moral manusia di hadapan Sang Pencipta.
Manusia diberikan kehidupan — napas dari Allah sendiri — namun juga diberikan kemampuan untuk memilih, yaitu mengenal dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Di sinilah awal kesadaran moral itu muncul: bahwa hidup di hadapan Tuhan tidak hanya tentang keberadaan, tetapi juga tentang mengetahui kebenaran dan menjalani pilihan dengan kesadaran rohani.
Ketika manusia dihadapkan pada pilihan itu, Tuhan memberikan perintah yang jelas:
“Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
(Kejadian 2:17)
Perintah ini menunjukkan bahwa pengetahuan sejati tidak berdiri sendiri, tetapi harus tunduk kepada kehendak Tuhan. Kebenaran bukan hasil pencarian manusia semata, melainkan pengenalan yang lahir dari hubungan dengan Sang Pemberi Hidup.
Melalui kisah ini, kita melihat bahwa sejak awal, manusia dipanggil untuk hidup dalam hubungan yang sadar dan berlandaskan kebenaran. Allah menghendaki agar manusia bukan hanya hidup, tetapi juga mengerti makna hidup itu dalam terang firman-Nya.
Dengan demikian, taman Eden bukan hanya tempat asal mula manusia, tetapi juga tempat di mana kesadaran akan kebenaran mulai lahir — kesadaran bahwa hidup sejati hanya ditemukan ketika manusia mengenal dan berjalan sesuai dengan kehendak Allah.

0 comments:
Posting Komentar