Tuhan, dalam keberadaan-Nya yang sejati, tidak dapat dijangkau oleh ciptaan. Dia adalah keberadaan mutlak yang tidak terikat ruang, waktu, bentuk, atau pengertian. Nama YHWH (יהוה)—yang artinya “Aku adalah Aku” (Kel. 3:14), menunjukkan keberadaan yang berdiri sendiri, tak bergantung, tak bermula, dan tak berakhir.
Dalam keadaan ini, Tuhan tidak mungkin dikenal melalui indra manusia ataupun dipahami melalui akal yang terbatas. Segala ciptaan hanya dapat mengenal-Nya jika Ia menyatakan diri-Nya sendiri.
Yohanes 1:18 :
“Tidak seorang pun pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”
2. Firman sebagai Bentuk Pernyataan Diri
Tuhan menyatakan diri-Nya melalui Firman (Logos) bukan sekadar kata, melainkan ekspresi eksistensi ilahi itu sendiri. Firman bukan bagian dari Tuhan, tetapi adalah Tuhan dalam tindakan-Nya. Firman adalah “gelombang eksistensial” dari keberadaan ilahi yang mengomunikasikan siapa Dia kepada ciptaan.
Yohanes 1:1 :
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Dengan demikian, Firman adalah modus eksistensi dari Tuhan yang tak terhampiri itu ketika Ia hendak menyatakan diri kepada dunia.
3. Firman Menjadi Daging: Bukan Manusia, Tetapi Penampakan Ilahi
Ketika Firman dikatakan “menjadi daging” (Yoh. 1:14), hal ini bukan berarti Firman berubah hakikat menjadi manusia biasa, melainkan bahwa Yang Tak Terhampiri mengenakan bentuk yang dapat dilihat dan dialami di dalam realitas manusia.
Kata Yunani “sarx” (daging) di sini menandai eksistensi yang tampak dalam ruang dan waktu, bukan berarti Firman kehilangan keilahian-Nya. Firman hanya menyatakan diri dalam bentuk yang kasat mata, tanpa kehilangan esensi ilahi-Nya.
Dengan demikian, Yesus bukanlah manusia yang diilhami Tuhan, tetapi Tuhan yang menyatakan diri melalui bentuk manusiawi agar manusia dapat mengenal-Nya.
Yesus adalah YHWH yang tampak — Tuhan yang sebelumnya tersembunyi kini hadir dalam rupa yang bisa dijangkau, tanpa berkurang sedikit pun dalam hakikat keilahian-Nya.
4. Yesus Sebagai Realitas Imanensi dari Transendensi
Dalam Yesus, transendensi Tuhan yang mutlak menjadi imanen, hadir dan aktif dalam ruang dan waktu. Namun, imanensi ini tidak membatasi transendensi-Nya. Ia tetap melampaui segala sesuatu, tetapi juga berada di tengah-tengah ciptaan melalui pernyataan diri-Nya.
Yesus adalah Tuhan yang merendahkan pancaran kemuliaan-Nya, agar manusia dapat memandang tanpa binasa.
Ia adalah kenyataan pengenalan Allah yang termanifestasi, bukan representasi terpisah dari Allah, melainkan Allah itu sendiri dalam mode keterlihatan.
Yohanes 14:9 :
“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.”
Pernyataan ini bukan relasi dua pribadi, melainkan penegasan bahwa Yesus adalah citra langsung dari keberadaan ilahi yang tak tampak.
5. Roh Kudus: Eksistensi yang Sama dalam Mode yang Lain
Ketika Yesus menyatakan bahwa Ia akan mengutus Roh Kudus, itu bukan berarti datangnya entitas lain yang berbeda dari Dia. Roh Kudus adalah modus kehadiran yang sama, namun dalam bentuk tanpa tubuh fisik, agar kehadiran Tuhan dapat berdiam di dalam setiap orang percaya.
Yohanes 14:18 :
“Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.”
Dengan kata lain, Roh Kudus adalah Yesus sendiri dalam wujud non-material, kehadiran-Nya yang melampaui keterbatasan bentuk jasmani.
Sebagaimana Firman adalah pernyataan Tuhan yang terlihat, Roh Kudus adalah pernyataan Tuhan yang tak terlihat namun tinggal di dalam.
6. Kesatuan Esensi: Satu Tuhan yang Menyatakan Diri
Tuhan yang sejati adalah esa dalam esensi, namun multi-modal dalam penyataan.
Sebagai YHWH, Ia transenden, tak terhampiri.
Sebagai Yesus, Ia imanen, hadir dalam ruang-waktu.
Sebagai Roh Kudus, Ia internal, hadir dalam batin manusia.
Ketiganya bukan tiga keberadaan, melainkan satu realitas ilahi yang sama dalam tiga bentuk eksistensi: tak terlihat, terlihat, dan tinggal di dalam.
Dengan demikian, Yesus adalah pernyataan diri YHWH, dan Roh Kudus adalah kelanjutan eksistensi Yesus dalam bentuk yang melampaui materi.
7. Konklusi: Tuhan yang Menyatakan Diri untuk Dikenal
Seluruh misteri inkarnasi bukanlah pergantian hakikat, melainkan strategi penyataan diri dari Tuhan yang tak terhampiri.
Yesus adalah wajah Allah yang tampak; Roh Kudus adalah napas-Nya yang berdiam di dalam.
Yang satu menampakkan, yang satu menyempurnakan—tetapi keduanya adalah satu Tuhan yang sama.
YHWH → Firman → Yesus → Roh Kudus
Bukan perubahan hakikat, melainkan kelanjutan penyataan diri dari Sang Yang Ada.
Haleluyah, Bapa Yesus memberkati kita semua.

0 comments:
Posting Komentar