“Ketika nubuat menjadi wujud, maka iman berjumpa dengan bukti; dan dalam pribadi Kristus, bukti itu berbicara melalui kasih dan kebenaran.”
Alkitab menunjukkan bahwa nubuatan bukan sekadar kata tentang masa depan, tetapi janji yang hidup dan bergerak menuju penggenapan. Dalam banyak bagian Kitab Suci, nubuatan selalu berakar pada maksud Allah yang menyingkapkan rencana-Nya bagi manusia.
Ketika sesuatu yang telah dinubuatkan menjadi nyata, iman tidak lagi berdiri di ruang harapan yang belum terlihat, tetapi mulai menjejak pada bukti yang dapat disaksikan. Seperti tertulis:
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1)
Namun, saat nubuat tergenapi, iman menemukan wajahnya dalam kenyataan. Bukti itu tidak berhenti pada peristiwa, tetapi berbicara melalui pribadi yang menjadi pusat seluruh rencana Allah — Kristus.
Dalam diri-Nya, segala nubuat menemukan maknanya (Lukas 24:44). Ia bukan sekadar bukti sejarah, melainkan wujud nyata dari kasih dan kebenaran Allah yang menjangkau manusia. Kasih itu menjadi bentuk tertinggi dari penggenapan nubuatan, dan kebenaran menjadi dasar agar setiap janji Allah berdiri teguh (Yohanes 1:14, Mazmur 119:160).
Maka, ketika nubuat menjadi wujud, iman tidak kehilangan fungsinya — justru diperkuat. Sebab iman yang dulu berharap kini mengenal kebenaran yang hidup; bukan hanya percaya kepada janji, tetapi berjumpa dengan Sang Penggenap janji itu sendiri.
Dalam perjalanan itu, iman dan bukti bertemu bukan di ruang teori, tetapi di dalam pengalaman nyata akan kasih dan kebenaran Allah. Itulah jembatan antara pengharapan dan kenyataan — antara firman yang diucapkan dan Firman yang menjadi hidup.

0 comments:
Posting Komentar