💁♂️PARTISI DUA
🙆♂️IMAN YANG BERMASALAH🙆♀️
Derap langkah iman para pemercaya sering mendapat hadangan serius dari musuh-musuhnya, yang selain memang bermaksud menghalang-halangi, tujuan utamanya adalah menghancurkan dan membunuh iman dan dengan demikian menaklukkan bahkan pada akhirnya membunuh pemiliknya juga.
ila pemiliknya pantang menyerah dan terus berjuang hingga detak nadi terakhir maka tentunya ia mengalami kemenangan iman yang gilang-gemilang; namun bila keadaan sebaliknya yang terjadi, maka kita, secara pasti mulai memijakkan kaki pada anak tangga menurun yang pertama dari problematika iman yang nampak sulit untuk dicari solusinya. Sesuatu yang seharusnya terjadi, pada umumnya berlainan dengan sesuatu yang telah terjadi atau lazim terjadi. Iman menurut paparan idealisme yang terurai di atas tidaklah semulus saat memasuki praktek lapangan.
Isu-isu teologis yang berkaitan dengan kepercayaan dan ketidakpercayaan, serta yang berhubungan dengan pertanyaan, apakah seseorang dapat dengan mudah meninggalkan iman, telah dibahas dalam banyak buku.
Kita benar-benar dibuat bingung. Bagaimana caranya memberi penjelasan tentang seseorang yang selama bertahun-tahun dengan setia melayani di gereja dan jemaat, mengadakan penginjilan di mana-mana, mempunyai jadwal pelayanan yang begitu padat dan aktif dalam berbagai kegiatan kerohanian lainnya yang menyita waktu, tetapi kemudian meninggalkan imannya? Saya akan menjawabnya secara jujur tanpa dipengaruhi emosi sesaat dan rasa ego yang cenderung subyektif, yaitu tidak mungkin menjelaskannya secara sportif-obyektif – tidak ada penjelasan tulus yang dapat menjawab persoalan ini, tidak ada penjelasan yang memuaskan. Kenyataannya, kita lebih cenderung menghindari isu tentang saudara atau saudari kita dalam TUHAN yang kelihatannya telah meninggalkan iman karena kita merasa sangat tidak nyaman bila tetap berada dalam paradoks yang sangat membingungkan ini. Jadi, bagaimanakah kita memandang mereka yang telah meninggalkan iman?
Yang paling umum disebut sebagai orang-orang yang “kehilangan” atau pun “meninggalkan” iman adalah mereka yang dibesarkan dalam keluarga Kristen dan mengaku sebagai orang beriman. Sikap yang menonjol lebih merupakan apatis (masa bodoh) daripada amarah, sementara pengakuan akan ateisme atau agnostisisme jarang muncul. Kalau ditanyakan langsung, orang-orang seperti itu bahkan mungkin menjawab bahwa dulunya mereka adalah orang Kristen yang percaya pada ALLAH, sorga dan pentingnya Alkitab.
Bagi sebagian orang, penilaian atau pendapat tentang seseorang yang yang meninggalkan imannya sudah sangat mengiris perasaan. Sementara bagi mereka yang lainnya, hal tersebut membingungkan, tidak ada kumpulan kata yang dapat menerangkannya secara akurat.
Kita harus tahu bahwa orang yang meninggalkan iman tentunya bukan secara tiba-tiba diakibatkan oleh persoalan sepele yang kadang menyerang. Itu bisa terjadi karena akumulasi permasalahan yang terus-menerus menggerogoti imannya selama kurun waktu tertentu tanpa menemukan solusi penyelesaiannya. Keadaan menyedihkan tersebut – hanya bisa dinilai oleh Anda yang kokoh dalam iman – menunjukkan klimaks dari sebuah pergumulan sangat melelahkan yang berakhir dengan kekalahan spiritual.
Dapatlah dimengerti, mengapa persoalan ini hampir mustahil dijelaskan dan dicari solusinya, karena gereja telah begitu lama menanamkan pemahaman doktrinal yang ekstrim yang mengkultuskan iman dalam tiap sendi dan gerak hidup orang Kristen. Akibat dari kesalahan pemahaman teologis inilah maka kita sepertinya mencapai kata “sepakat” untuk menggeserkan, mengesampingkan atau pun mengabaikan peran utama kasih karunia TUHAN, meterai Roh Kudus dan jaminan kekal Yesus Kristus. Sebenarnya, kalau kita bisa bersikap sportif dan jujur, kita harus kembali introspeksi diri bahwa kita tidak pernah memiliki iman sebelum kasih karunia Allah menarik dan mengangkat kita dari kubangan dosa.
Perhatikanlah dengan seksama, “iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus” (Roma 10:17). Artinya, iman tidak bisa ada dengan sendirinya tetapi “diadakan”. Jadi, agar iman bisa tetap eksis atau ada, maka kita harus tetap dan terus menerus dengar firman Kristus. Logikanya, bila kita berhenti mendengar atau membaca firman Kristus karena tekanan permasalahan atau pun karena lebih memilih hedonisme (kesenangan duniawi), maka apa yang pernah timbul atau ada akan kembali “tenggelam” dan hilang sama sekali atau “tiada”.
Permasalahan bisa muncul secara mendadak dan terus menekan. Ia juga bisa langsung mengerat, menyeret, dan memporak-porandakan iman plus Anda sendiri. Inilah fenomena keseharian kehidupan rohani kita. Sehingga bukan tanpa alasan, Yesus merasa kuatir dan memutuskan untuk mengirim Penolong Agung, Roh Kudus, masuk dan tinggal dalam masing-masing kita yang telah menjadi percaya. Dokter Lukas merekamnya dengan baik untuk mengingatkan kita,
"Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"
Permasalahan-permasalahan serius yang dihadapi iman bila tidak segera mendapat penanganan yang tepat maka dapat berakibat fatal; iman akan mengalami kematian. Dr. Stephen Crosby, dalam bukunya Silent Killers Of Faith, memberi peringatan serius akan adanya “pembunuh misterius yang tidak terdeteksi mengalir dalam nadi kehidupan Tubuh Kristus – virus yang sangat jahat dan efektif. Penyamar ini menjanjikan kehidupan, padahal ia hanya memberikian kematian. Manis di mulut tetapi pahit di perut, seperti jebakan lalat yang berbau harum namun akan segera mematikan bagi mereka yang menyerah pada godaannya. Seperti bom waktu atau tekanan darah tinggi, tidak terdeteksi sampai kehancuran terjadi. Ia memangsa yang lemah maupun yang kuat, ia sanggup membuat ribuan orang percaya yang tidak waspada terkena.”
Berikut, secara random, saya paparkan beberapa dari tumpukan permasalahan yang sering dihadapi orang beriman, yang bila tidak ditangani dengan benar dan tepat waktu maka imannya bisa tenggelam lalu mati dalam timbunan permasalahan tersebut. Orang Kristen bisa mengalami iman yang bermasalah.
[lanjut... Part-8️⃣]
✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:
Posting Komentar