Halaman

Minggu, 23 November 2025

CURAHAN KASIH KARUNIA 👉(Seri-6️⃣)


✊ 
IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA


Bertolak dari I Yohanes 5:4-5,

“sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

Siapakah yang mengalahkan dunia, selain daripada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

Ziarah berikut ini tidaklah dimaksudkan secara hurufiah bahwa seseorang dengan ukuran “fisik” iman sebesar apapun dapat mengalahkan dan menguasai dunia dalam artian bentuk yang kaku. Seperti, menjadi Kepala Negara atau pun Kepala Pemerintahan atau Jenderal supaya dapat mengalahkan dan menguasai dunia. Orang beriman tidak diharuskan mengendalikan politik, ekonomi, sosial dan budaya dunia, ia juga tidak harus menguasai seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi, baru disebut mengalahkan dunia. Sebab bila itu tujuan iman, maka sorga hanyalah maya. Dan iman seperti itu sangatlah menyedihkan dan mengerikan, karena fakta menunjukkan, hasrat dan keegoisan untuk menguasai dan memiliki dunia fisik inilah manusia saling membantai tanpa peri kemanusiaan. Ironisnya, justru mereka yang dipandang bermoral baik dan berpendidikan tinggilah yang menjadi motor penggerak penghancuran dunia dan semua ekosistem di dalamnya.


Daya kerja iman yang supranatural ini, saya lebih memilih “iman yang mengalahkan dunia” daripada “iman yang memindahkan gunung.” Bila iman Anda sudah mampu mengalahkan keindahan dan daya tarik dunia dan menaklukkannya, maka sudah barang tentu “gunung-gunung” penghalang iman yang ada di dalam dunia ini telah turut ditaklukkannya.


Alkitab menegaskan bahwa orang-orang beriman tidaklah layak menjadi penghuni jagad raya ini. Kewargaan kita bukanlah disini. Saudara dan saya, sesungguhnya bukanlah penghuni abadi dunia yang kacau ini. Kita, orang-orang beriman, hanyalah menumpang, meminjam tempat hanya sementara waktu untuk mengikuti pendidikan dan pembentukan karakter rohani yang pada akhirnya dinyatakan layak dan siap menjadi warga negara kerajaan sorga, tempat kita yang sesungguhnya (baca Ibrani 11:3-38a, Yohanes 15:19; 17:16, Filipi 3:20-21, Efesus 2:19, 2 Tesalonika 1:5).


Jadi “dunia” yang dimaksud dalam penelusuran kita kali ini adalah dunia keinginan mata, keinginan daging serta keangkuhan hidup (periksalah I Yohanes 2:16). Ketiga “unsur dunia” inilah yang harus ditaklukkan dan dikuasai oleh mereka yang menyebut diri pengikut Kristus. Upaya penaklukkan ini pun tidaklah semudah membalikkan telapak tangan tetapi tidak pula sesukar memindahkan gunung Klabat (gunung tertinggi di Sulawesi Utara). Ini haruslah dilakukan seumur hidup dengan bermodalkan iman – adalah lebih baik kalau iman itu sudah sebesar biji sesawi.


Mungkin saudara mengatakan bahwa yang ada dalam dunia ini tidaklah sesederhana itu; terlalu kompleks. Itu benar. Tapi bukankah Alkitab telah merangkumnya dalam tiga bagian? Ini berarti kita diberi fokus yang jelas dari objek yang akan ditaklukkan dan dikuasai oleh iman kita. Mungkin, pertanyaan yang harus disampaikan adalah bagaimana cara kerja iman untuk mengalahkan, menaklukkan dan menguasainya? Bila iman yang kita miliki hanya sekedar menunjukkan bahwa kita adalah pengikut Kristus dan melakukan aktivitas standar, seperti beribadah, berdoa, mengucap syukur, bersaksi dan mewujud-nyatakan segala kebutuhan pokok, sekunder dan mewah, maka kita semua berada dalam kesulitan besar untuk misi penaklukkan ini.

 

Anda dan saya membutuhkan lebih dari sekedar tindakan-tindakan alamiah yang dapat dijelaskan secara rasional. Daya sandar iman kita haruslah secara total kepada Kristus supaya oleh iman itu kita bisa melihat dan menikmati kedahsyatan kuasa ALLAH yang bekerja diluar kendali sistim saraf dan jangkauan inderawi kita.

 

Seseorang dapat menangani ataupun menyelesaikan suatu permasalahan serius setelah mengalami kebuntuan intelektual hanya dengan mempergunakan imannya yang aktif progresif. Iman lebih banyak bekerja secara efektif di atas ambang batas olah logika manusia. Kita semua sepakat untuk menyebutnya mukjizat. Mukjizat adalah salah satu produk iman yang aktif-progresif. Mukjizat melumpuhkan analisa ilmiah para ilmuan, mematahkan diagnosa medis dokter spesialis, merontokkan berbagai teori astronomi, geofisika, metafisika dan mengabaikan semua teori kemungkinan paranormal dan astrologi.


Sebelum melangkah lebih jauh, menurut saya penting sekali untuk lebih dulu, kita samakan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan “mukjizat” atau “keajaiban” itu.


Arti kata mukjizat telah dengan sangat luas digunakan tanpa mempedulikan keakuratannya. Istilah ini dipakai secara berlebih-lebihan bahkan sampai pada peristiwa-peristiwa rutin sehari-hari. Saya contohkan pengalaman pribadi saya, ketika untuk pertama kalinya datang di Manado, lebih dari tiga puluh tahun lalu. Saya bisa katakan, “Oh ini benar-benar mukjizat, saya bisa sampai di Manado dan diterima menjadi mahasiswa pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sam Ratulangi tanpa mengikuti tes penerimaan mahasiswa baru” (padahal saya telah mengikuti semua persyaratan PMDK dan akhirnya dinyatakan lulus). Atau bisa pula saya katakan, “adalah suatu mukjizat saya bisa berjodoh dengan wanita cantik asal Ranomea yang kini menjadi istriku” (padahal saya telah berusaha selama kurang lebih enam tahun menemukannya). Apakah perkataan  seperti ini tepat digunakan untuk menjelaskan mukjizat?


Menemukan keseimbangan selalu merupakan tantangan, dan pencarian akan keseimbangan ini terjadi pada pandangan kita mengenai mukjizat. Pada satu sisi, orang-orang skeptis menyangkal adanya mukjizat di bawah kondisi mana pun. Pada sisi lainnya beberapa orang mempercayai mukjizat-mukjizat itu terjadi secara terus-menerus. Berbagai jenis agama mengklaim peristiwa-peristiwa supranatural; pengikut sekte-sekte menggunakan kuasa setan; beberapa orang Kristen melakukan mukjizat pada hampir setiap kebaktian yang mereka hadiri. Bagaimana kita mengetahui bahwa semua peristiwa adalah mukjizat dan bagaimanakah kita mengidentifikasi sumbernya?


Alkitab adalah standar ukuran dalam mengidentifikasi sumber mukjizat. Alkitab membantu kita membedakan antara mukjizat yang benar dan yang palsu, nabi yang benar dan nabi palsu, perbuatan ALLAH dan pekerjaan Setan. Kuncinya ialah perbedaan di antara mukjizat dan magis. Sebuah mukjizat merupakan intervensi TUHAN ke dalam tatanan kehidupan ciptaan, sedangkan magis merupakan manipulasi manusia terhadap ciptaan-ciptaan dengan menggunakan kekuatan normal maupun paranormal.


Mukjizat terjadi dibawah kendali TUHAN, tidak tersedia bagi perintah manusia, mendukung apa yang baik dan benar, dan meyakinkan bahwa Yesus adalah ALLAH yang menjadi manusia. Magis terlahir dari kendali manusia, tersedia perintah-perintah, mendukung kejahatan dan kesalahan, dan menyangkali Yesus Kristus adalah ALLAH yang menjadi manusia.


Ketika orang-orang Kristen percaya bahwa TUHAN yang melakukan mukjizat, kita tidak boleh diperdayai oleh setiap klaim supranatural sekarang. Kita harus memeriksa sumber mukjizat itu dalam Alkitab. Tindakan mukjizat dari TUHAN dapat diidentifikasi  dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab. Mukjizat-mukjizat adalah intervensi TUHAN ke dalam dunia alamiah – pekerjaan khusus-Nya untuk tujuan yang spesifik. Karena berasal dari Sang Pencipta hukum-hukum alam, mukjizat tidaklah terikat pada hukum alam – yang dapat diselidiki dengan ilmu pengetahuan ilmiah – tetapi melebihi itu semua. Ilmu pengetahuan mencari tahu untuk menemukan hukum-hukum yang menjelaskan peristiwa-peristiwa wajar di dunia kita. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan menguji pola-pola yang teramati, berulang, dan dapat diramalkan di dalam alam. Karena itu, mukjizat tidak dapat diklasifikasikan sebagai ilmiah. Namun pada satu sisi, mukjizat tidak sepenuhnya non-ilmiah. Sebagai karya dari Sang Penyebab yang memiliki kecerdasan intelektual, hasilnya tentu dapat diamati.


Mukjizat dan gejala-gejala yang dipelajari ilmu pengetahuan merupakan dua kategori yang berbeda. Mukjizat itu sesuatu yang unik, peristiwa yang tidak biasa, yang disertai dengan tujuan ALLAH. Bagaimana pun, ilmu pengetahuan mencoba untuk memahami peristiwa-peristiwa apa pun yang diatur oleh hukum-hukum alam yang tidak mempunyai tujuan. Mukjizat, menurut definisinya, merupakan ekspektasi-ekspektasi dari hukum-hukum itu. Karena berada di luar ilmu pengetahuan tidak membuat sebuah mukjizat itu salah. Mukjizat-mukjizat itu  hanya tidak menjadi sebuah sumber pengetahuan ilmiah seperti  yang ditemukan pada prosedur-prosedur ilmiah. Meskipun mukjizat itu tidaklah ilmiah seperti yang didefinisikan ilmu pengetahuan, kepercayaan yang berada di dalam mukjizat itu masuk akal dan mukjizat-mukjizat itu masih dapat menjadi kebenaran.


Lee Strobel, seorang mantan ateis, dengan keahlian jurnalis yang telah digelutinya bertahun-tahun pada Chicago Tribune, California, Amerika, melemparkan pertanyaan tentang mukjizat pada William Lane Craig, Ph.D dalam suatu wawancara pribadi yang telah dibukukan dengan judul Pembuktian Atas Kebenaran Iman Kristiani. Dan dengan bijak Craig mendefinisikan term ini sesuai keakuratan pemahamannya. Katanya, “mukjizat adalah peristiwa yang tidak ditimbulkan oleh penyebab-penyebab alami, yang bekerja pada saat dan tempat dimana peristiwa itu terjadi”.


Definisi tersebut benar, tetapi Craig tidak mengatakan bahwa mukjizat melanggar hukum logika karena tidak ditimbulkan oleh penyebab-penyebab alami. Mukjizat bukanlah sesuatu yang berada di luar hukum logika (irasional) dan absurd melainkan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara rasional – karena ketidakmampuan daya nalar manusia yang serba terbatas. Misalnya, bagi seorang balita adalah sebuah “mukjizat” walau diberi pelajaran matematika yang paling sederhana, 3+2=5. Atau saat melihat pertunjukan sirkus, dimana seseorang berjalan di atas seutas kawat baja. Dua contoh tersebut, bagi orang dewasa sangatlah logis, masuk akal dan wajar. Dapat dijelaskan menurut hukum logika dan diterima nalar dewasa. Tetapi bagi balita, itu nampaknya tidak bisa diterima, aneh, tidak logis dan itu adalah mukjizat.


Itulah sebabnya, ketika Allah melakukan mukjizat melalui sarana iman, kita tidak bisa menerimanya dengan kemampuan pikir natural seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:8-9, (Terjemahan Lama - Klinkers)


“Karena kepikiran-Ku itu bukan kepikiranmu, dan jalanmu itu bukan jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Melainkan seperti tinggi langit daripada bumi, demikianpun tinggi jalan-Ku daripada jalanmu dan kepikiran-Ku daripada kepikiranmu”.


Pemazmur mengakui, (lihat Mazmur 139:17)


“Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya”.


Pengkhotbah menyadari, (baca Pengkhotbah 8:17)


“maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya”. 

Seorang sarjana berkebangsaan Yahudi yang hidup pada masa penjajahan pemerintahan Romawi dimana para jemaat gereja mula-mula dikejar-kejar, ditangkap dan dianiaya, – anak didik filsuf terkenal pada masanya, Gamaliel – menegaskan, (Roma 11:33)


“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” 

Beberapa referensi ayat tersebut di atas menyiratkan bahwa Alkitab tidaklah mengatakan ataupun bermaksud menyampaikan bahwa mukjizat meniadakan atau melanggar ketetapan logika. Mukjizat tidaklah melanggar aturan logika ataupun berada di luar struktur logika melainkan semata-mata karena ketidakmampuan logika manusia dalam menanggapi struktur logika TUHAN. Ya, di hadapan TUHAN, kita semua adalah “balita” yang tidak dapat mengerti alur berpikir logis-Nya. Kita hanya memiliki struktur pemikiran natural tetapi TUHAN memiliki pemikiran supranatural. Jika demikian maka pertanyaan yang muncul ke permukaan adalah bagaimana caranya kita menerima mukjizat sebagai hal yang logis? Jawabannya, “milikilah pikiran Kristus” (I Korintus 2:16),


“Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran TUHAN, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus”.


Marilah kita perhatikan. Yesus dalam pemikiran logis-Nya tidaklah menganggap mukjizat itu sebagai sesuatu yang aneh, ganjil dan tidak masuk akal. Lihatlah betapa banyaknya mukjizat yang diadakan-Nya dan tak satupun diantaranya yang bertentangan dengan aturan logika ilahi-Nya. Satu contoh lagi untuk lebih mendekatkan diri pada pemahaman mukjizat. Begini, bagi Einstein si jenius, temuan atomnya – yang akhirnya merata-tanahkan kota Hirosima dan Nagasaki – adalah hal yang logis. Sementara bagi orang awam, mana mungkin benda yang sangat kecil itu bisa menimbulkan bencana yang dahsyat dan mengancam kehidupan planet bumi. Einstein adalah manusia biasa yang hanya memiliki tingkat kecerdasan logika di atas rata-rata sesamanya. Dia memiliki struktur logika natural dengan kemampuan ratio mencengangkan. Teori atom dan rumus relativitasnya menjadi tidak aneh, tidak lagi irasional jika – dan hanya jika – seseorang memiliki pola pikir yang setingkat atau mendekatinya.


ALLAH memiliki struktur pemikiran supra-natural dengan kemampuan ratio tak terbatas. Saat Ia melakukan sesuatu yang bagi-Nya rasional akan memperoleh reaksi irasional dari orang terpandai di jagad raya ini. Jadi, untuk memahami pikiran Allah, kita harus memiliki pikiran Kristus. Mukjizat haruslah dipahami secara benar oleh iman yang bekerja di dalam kita, sehingga tidaklah terjadi jurang yang menganga.


“Adalah tidak mungkin memikirkan iman Kristen yang bersejarah itu secara serius dan bertanggung jawab tanpa berbenturan dengan beberapa klaim lainnya, bahwa sejumlah peristiwa yang luar biasa telah terjadi dalam sejarah awal gereja dan bahwa nilai sejarah mukjizat-mukjizat tersebut merupakan syarat penting bagi kebenaran kekristenan”. Demikian komentar Ronald H. Nash dalam bukunya Faith and Reason (terj. Bah. Ind. Iman dan Akal Budi).


Kecenderungan penyalahgunaan istilah mukjizat sangatlah menonjol dalam masyarakat modern saat ini. Orang-orang dengan sembarangan menyebut mukjizat tanpa pemahaman terminologinya yang benar. Arti mukjizat dikaburkan dengan berbagai peristiwa sehari-hari, – yang seharusnya dapat diterima dengan rasio – seperti menemukan sesuatu yang sudah lama dicari, lulus ujian CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) yang diikuti oleh ribuan orang sedangkan yang akan diterima hanya beberapa, pangkat dan jabatan yang tiba-tiba dinaikkan dengan tidak lagi mengikuti jenjangnya dan banyak lagi yang lain.


Sebenarnya kata mukjizat dapat digunakan dalam tiga keadaan. Pertama, untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang biasa, tetapi memberikan kesan yang mendalam. Misalnya, proses kelahiran bayi yang menurut analisa medis tidak normal tetapi ternyata sang bayi dilahirkan normal tanpa cacat. Kita mengagumi keindahan dan keluarbiasaan alam semesta ciptaan ALLAH tapi tidaklah saling bertabrakan. Hal-hal ini nampaknya biasa kita amati sehari-hari tapi disebut mukjizat karena semua itu disebabkan oleh penyebab yang luar biasa yakni Allah sendiri. Kedua, hampir sama dengan pertama di atas, seringkali kita membaca dalam Alkitab kisah karya ALLAH melalui sesuatu yang dipakai-Nya sebagai alat pada waktu atau tempat yang tepat. Misalnya, bintang Betlehem – bintang itu sendiri mungkin diakibatkan oleh penyebab alamiah yang dapat dimengerti secara ilmiah. Mungkin bintang itu terdiri dari kumpulan bintang-bintang atau ada sesuatu yang menyebabkan bintang itu dapat memancarkan terang yang luar biasa. Meskipun kita dapat memahami kemungkinan-kemungkinan itu, namun kita tetap dapat melihat keberadaan bintang itu sebagai suatu mukjizat apabila dilihat dari ketepatan waktu dan tempatnya. Bintang itu bersinar sangatlah terang saat kelahiran TUHAN Yesus dan menjadi penunjuk jalan bagi orang Majus untuk datang ke Betlehem menjumpai Yesus. Mukjizat semacam itu memuliakan ALLAH, karena telah menunjukkan keterlibatan-Nya dalam peristiwa paling bersejarah secara luar biasa.


Ketiga, mukjizat disebutkan untuk menunjuk pada tindakan ALLAH yang melawan hukum alam. Ini merupakan penggunaan istilah yang lebih teknis, seperti Yesus mengubah air menjadi anggur atau membangkitkan Lazarus dari kematian. Dua contoh tersebut tidak dapat dijelaskan secara alamiah ataupun ilmiah. Itu merupakan pembuktian eksistensi Yesus sebagai Anak ALLAH.


Kesanggupan analisa matematika, kimia, fisika dari orang terpandai di dunia pun tidak akan pernah mampu menjawab secara ilmiah matematis, mengapa sistem tata-surya ini hanya menggantung tanpa topangan apa pun. Matahari di kitari oleh sembilan buah planet dengan jarak yang sangat tepat tetap, ritme putaran yang tepat tetap, jarak antara planet yang melingkari matahari tepat tetap, pengaturan waktu putar setiap planet pun tepat tetap. Dan masih banyak kejadian alam semesta yang tidak bisa di jelaskan secara ilmiah matematis. Bagaimana? Apakah Anda bisa bantu menjelaskan semuanya itu?


Alkitab berbicara mengenai tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan kuasa-kuasa. Dalam artian lebih sempit, kita mengaitkan mukjizat dengan kata, tanda, di dalam Alkitab. ALLAH menggunakan mukjizat untuk membuktikan atau menyaksikan utusan-Nya pada waktu Ia menyatakan diri (bacalah Ibrani 2:3-4). ALLAH memberikan Musa kuasa melakukan mukjizat untuk menunjukkan bahwa ALLAH yang telah mengutusnya. Demikian pula ALLAH Bapa meneguhkan Yesus Kristus sebagai Anak-Nya – yang adalah TUHAN – melalui tanda-tanda yang dinyatakan-Nya di tengah-tengah kita.


Awal perikop di atas, saya mengutip I Yohanes 5:4-5. Tolong perhatikan ayat 4a, “sebab semua yang lahir dari ALLAH, mengalahkan dunia”. Alkitab mau meyakinkan dan meneguhkan – saya, Anda dan mereka yang lain – bahwa kita semua yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN, lahir dari ALLAH dan sekaligus memiliki kuasa untuk mengalahkan dunia.


Alkitab tidaklah bermaksud memberitahukan untuk mendorong orang-orang percaya, secara hurufiah menaklukkan – lewat medan perang –, menguasai (secara IPTEK) dan memerintah – memiliki wilayah teritorial –, barulah disebut mengalahkan dunia. Konsep “dunia” yang dimaksud tercatat dalam I Yohanes 2:16,


“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia”.


Dengan demikian, jelaslah fokus perjuangan iman kita. Bukanlah melawan darah dan daging yang dapat dilihat dan dipegang secara jasmaniah (cermati dengan benar Efesus 6:12). Kita diarahkan pada tiga titik tempur atau, kalau pada permainan sepak bola, “titik pinalti” – Alkitab telah merangkumnya sebelum Anda mengajukan pertanyaan – agar kita dengan mudah mengidentifikasikannya.


Di area pertempuran ini, kita membutuhkan lebih dari hanya sekedar menerapkan strategi alamiah (natural). Kita haruslah dibekali dengan kemampuan tempur supra-natural yang bekerja secara ajaib dan efektif melalui iman kita. Dan itu semua telah kita terima saat kita mengalami kelahiran baru (regenerasi) – hanya saja banyak diantara kita tidak menyadarinya – di dalam Yesus Kristus. Perhatikan, pelimpahan otoritas (kuasa) yang langsung disampaikan Yesus, sebagaimana yang tercatat dalam Lukas 10:19, Markus 16:17-18.


“Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.


Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." 

Pembaca yang dikasihi Kristus. Bila Anda sulit memahaminya, ikutilah nasihat saya. Mulailah dengan meletakkan kehebatan pikiran Anda ke dalam iman produktif yang bersandar pada pikiran Kristus. Anda pasti menemukan bahwa mukjizat adalah sesuatu yang wajar sebagaimana yang Yesus lakukan bagi kita melalui iman kita agar dengannya kita semua dapat mengalahkan dunia keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. 


🚶‍♂️ Perjalanan mulai menemukan tantangan. Teruslah bergairah.

[lanjut... Part-7️⃣]



✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus


0 comments:

Posting Komentar