Halaman

Selasa, 25 November 2025

CURAHAN KASIH KARUNIA 👉(Seri-1️⃣6️⃣)

GENGGAMAN ERAT KASIH KARUNIA BAPA YESUS


Banyak diantara kita mengenal dan bisa memberikan definisi tentang kasih karunia, tetapi tidak memahami benar bagaimana kerjanya dan sejauh mana kata ini dapat berfungsi dalam perjalanan kehidupan setiap pribadi yang telah – benar-benar – menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat.

Para teolog telah mengembangkan suatu definisi klasik tentang konsep kasih karunia yang begitu mulia, bernama kasih karunia. Mereka mendefinisikan-nya sebagai kemurahan hati TUHAN yang diberikan kepada orang berdosa yang tidak layak menerimanya atau karunia tanpa pamrih yang dicurahkan TUHAN kepada mereka yang lebih pantas dihukum. DR. Tony Evans menyumbangkan pemikirannya, “kasih karunia adalah persediaan yang tak pernah habis-habisnya dari kebaikan ALLAH, melakukan untuk kita apa yang tidak patut kita peroleh, tidak pernah mendapatkannya sebagai upah, dan tidak pernah bisa kita bayar kembali. Kasih karunia adalah segala sesuatu yang ALLAH dengan bebas lakukan untuk kita berdasarkan pekerjaan Kristus.”

Perkenankan saya turut memberi kontribusi pemahaman tentang kasih karunia TUHAN. Kasih karunia bukanlah sekedar ketersediaan kebaikan TUHAN yang berlimpah-limpah (huperperisseuo – baca, hï-per-pe-riys-sev'-ō) ataupun suatu karya TUHAN yang lebih dari super (huperpleonazo – baca, hï-per-ple-o-na'-zō), tetapi kasih karunia itu sendiri telah ditumpahkan terus-menerus tanpa batasannya, – melampaui apa yang pernah dilakukan manusia –  lebih dari dari super kepada orang-orang yang mendapat belas kasih-Nya (huperballo - baca, hï-per-ɓal'-lō). 

Ringkasnya saya katakan, “kasih karunia adalah kekayaan kasih dan kebaikan TUHAN yang berlimpah-ruah tanpa batas, yang ditumpahkan tanpa pernah akan habis kepada orang-orang berdosa yang tidak pantas mendapatkannya sebagai wujud perbuatan-Nya yang lebih dari super, melalui dan di dalam Yesus Kristus.

Kata yang unik dan luar biasa ini sering didefinisikan sebagai sesuatu yang telah diterima walaupun sesungguhnya sesuatu itu sangatlah tidak layak untuk diterima. Dengan lain perkataan, kasih karunia adalah memperoleh apa yang tidak layak kita terima.

Marilah kita cermati beberapa komentar dari orang-orang yang telah benar-benar memahami dan mengalami keagungan penerapan kasih karunia secara pribadi.

Seorang Rektor sebuah Sekolah Tinggi Teologi di Dallas, Texas, pada suatu hari di bulan Mei 1951 menyampaikan kuliah terakhir dari sebuah kursi roda di depan para mahasiswanya yang akan segera lulus dari Dallas Theological Seminary. Ketika kelas usai, pria lanjut usia itu, - sangat dekat dengan kematian -merogoh ke dalam sakunya, mengeluarkan saputangannya dan menyeka keringat dari wajahnya. Dan setelah menyeka juga air matanya,  Lewis Sperry Chafer  secara terang-terangan mengakui, “tuan-tuan, selama separuh hidup saya, saya mengajarkan tentang kasih karunia TUHAN, tetapi saya baru saja mulai memahaminya. Dan tuan-tuan, itu luar biasa sekali. Itu luar biasa”.

Tokoh reformasi gereja, Martin Luther dengan tulus mengatakan, “Kristus, TUHAN kita adalah sumber semua kasih karunia yang tak terbatas. Jadi, bila seluruh dunia menarik cukup banyak kasih karunia dan kebenarannya untuk  membuat seluruh dunia menjadi malaikat, sumber itu tidak akan kehilangan setetes pun; mata air itu selalu mengalir, penuh kasih karunia”.

Eugene O’Neill menyadari bahwa “manusia dilahirkan hancur. Ia hidup dengan menambal. Kasih karunia TUHAN adalah lemnya”.

“Orang percaya yang paling putus asa akan diri mereka sendiri adalah orang yang paling kuat mengekspresikan keyakinan mereka pada kasih karunia … Mereka yang paling pesimistis akan manusia adalah yang paling optismistis akan TUHAN; mereka yang paling keras dengan diri mereka sendiri adalah orang-orang yang memiliki keyakinan paling tenteram akan pengampunan Ilahi… Tingkat kesadaran akan kesalahan kita dan tingkat kasih karunia TUHAN meningkat secara berbanding lurus”, demikian Paul Tournier mempertegas pemahamannya.

Dalam suatu renungan hidup, John Newton berkata, “kalau saya bisa mencapai sorga saya berharap menemukan tiga keajaiban di sana: pertama, bertemu beberapa orang yang saya kira tidak akan saya temui di sana; kedua, tidak bertemu dengan beberapa orang yang saya kira akan saya temui di sana; dan ketiga, keajaiban terbesar di antara segalanya, menemukan diri saya sendiri di sana”.

Sebuah ilustrasi dari Clarence Edward Macartney tentang “Monumen Kasih Karunia TUHAN” menambah perbendaharaan kita : 

“Di sorga suatu kali berlangsung sebuah perdebatan besar tentang siapa yang merupakan monumen terbesar akan kasih karunia TUHAN. Semua dada dibuka dan semua rahasia diungkapkan tatkala orang-orang yang ditebus berusaha menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh kasih karunia TUHAN. Seorang demi seorang menuturkan dosa atau pelanggaran sampai akhirnya Kristus datang menyelamatkannya. Sejauh itu pilihan tampaknya ditetapkan atas sesorang yang rupanya telah melakukan semua dosa. Kesalahan demi kesalahan dituturkannya seraya ia membalik-balik halaman-halaman otobiografinya. Lalu ia menuturkan bagaimana di ranjang kematiannya, Kristus datang dan menyelamatkannya seperti Dia menyelamatkan pencuri di salib.

Akan tetapi, sesaat sebelum pengambilan suara diputuskan, seorang lain dari antara mereka yang ditebus melangkah ke depan dan meminta izin untuk menceritakan kisahnya. Begini kisahnya : Ia sudah mengenal dan mengasihi Kristus sejak masih kecil dan mengikuti Dia seumur hidupnya, dan oleh kasih karunia-Nya ia dijaga dari dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran yang seperti dibicarakan oleh yang lainnya. Keputusan pun di ambil; dan bukan si pemabuk, si pencuri, si pezinah, orang yang memberikan sumpah palsu, si pembunuh atau si penghujat, melainkan orang yang telah mengikuti Kristus seumur hidupnya dan telah dijaga oleh kasih karunia-Nyalah yang dipilih sebagai monumen terbesar akan kasih karunia TUHAN”
.

Yang satu ini juga menarik untuk direnungkan : “Seorang pria berada di gerbang sorga dan di sana bertemu dengan seorang malaikat, yang berkata kepadanya, “Dibutuhkan seratus poin untuk masuk. Ceritakan kepadaku tentang dirimu supaya aku bisa tahu berapa banyak poin yang harus diberikan kepadamu”.

Orang itu tersenyum dan berkata, “Yah, saya pergi ke gereja hampir setiap Minggu seumur hidup saya.”

“Bagus”, kata malaikat itu. “Itu akan memberimu tiga poin. Apa lagi?”

Orang itu terguncang. “Hanya tiga poin?” ia terengah. “Yah, saya menjadi pemimpin sekolah Minggu sebentar dan saya memberikan perpuluhan, dan saya berusaha menjadi sesama yang baik”.

“Sangat bagus”, kata malaikat itu. “Itu akan memberimu sepuluh point”.

Orang itu hampir rebah karena kagetnya. “Dengan penilaian seperti ini”, katanya, “saya tidak akan pernah masuk kecuali oleh kasih karunia TUHAN YESUS”.

“Tepat sekali”, kata malaikat itu. “Masukklah”.

Saya harap, setelah beberapa gambaran tentang kasih karunia di atas, mulai mengarahkan kita pada fokus penyelesaian permasalahan iman.

Dalam I Korintus 13:13 mengatakan bahwa yang tertinggi dari tiga yang terbesar dalam hidup ini adalah kasih. “…. kasih itu berasal dari Allah; … sebab ALLAH adalah kasih”. (I Yohanes 4:7-8). Allah yang adalah kasih itu, juga memiliki, kasih karunia (Ing. Grace)  yang akan memberikannya pada siapa saja yang dikehendakinya. Kasih karunia yang diberikan tidak bergantung pada keadaan manusia – dalam bentuk apa pun – tapi semata-mata atas kerelaan dan kemurahan hati TUHAN sendiri.

Ada sebagian orang beriman dan beberapa pengajar teologi Kristen mengatakan bahwa kasih karunia ALLAH hanya menarik dan membawa orang-orang berdosa sampai pada “gerbang keselamatan” dan selanjutnya melangkahlah dengan iman untuk mencapai “gerbang sorga”. Ini dimungkinkan sebab mereka pikir bahwa kasih karunia tidak diperlukan lagi karena terlalu lemah – tidak bisa mendidik anak-anak TUHAN yang bandel – untuk mengatasi gejolak kedagingan dan godaan dunia akhir zaman yang multi kompleks ini. Makanya mereka sangat tersiksa saat iman andalan mereka tidaklah berdaya menghadapi kompleksitas tekanan permasalahan dalam bentuknya yang paling ekstrim. Mereka lupa – bisa jadi, sengaja melewati – bahwa pengertian sejati dari kasih karunia harus berdasarkan kebenaran firman Allah ini :

Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan TUHAN, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena TUHAN menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."(Ibrani 12:5-6).

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. (Titus 2:11-12). 

Dietrich Bonhoeffer dengan hati yang telah diterangi kebenaran Kristus, menegaskan : “Kasih karunia yang murah adalah pemberitaan pengampunan tanpa memerlukan pertobatan, baptisan tanpa disiplin gereja, Perjamuan Kudus tanpa pengakuan, pemaafan tanpa pengakuan pribadi. Kasih karunia yang murah adalah kasih karunia tanpa pemuridan, kasih karunia tanpa salib, kasih karunia tanpa Yesus Kristus”.

Sebaiknya, – sudah seharusnya – kita memahami kasih karunia seperti apa yang telah tercatat dalam Alkitab, bukan apa yang kita kira demikian.

Iman itu hanya bisa ada, menjadi besar, berkualitas dan efektif, hanya oleh kasih karunia BAPA Yesus yang proaktif. Ini tidaklah harus berarti bahwa kalau iman seseorang bermasalah, maka kasih karunia BAPA Yesus pun ikut bermasalah atau tidak proaktif lagi. 

Ingat ini. kasih karunia tidak bergantung pada iman tetapi justru sebaliknya. Kasih karunia melekat pada pribadi YESUS yang kekal; ia tidak diadakan atau diberikan karena iman seseorang, tetapi imanlah yang diadakan dan menjadi milik manusia yang diperkenankan-Nya. Bukankah firman Yesus sendiri yang mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus ? (Roma 10:17).

Perhatikan juga beberapa ayat yang terdapat dalam Roma 9 dan Titus 3 :

👉9:15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."

👉9:16 Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.

👉3:4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,

👉3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

👉3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,

👉3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. 

Kalau begitu, jika suatu saat, yang diadakan itu (iman) bermasalah karena keterbatasan manusia dalam menjaganya maka kasih karunia itulah yang akan terus-menerus menggenggamnya, memulihkannya ataupun mengadakannya kembali (lihat Roma 3:24).

Murid-murid Yesus adalah contoh kasus dari iman yang bermasalah. Tetapi fakta Alkitabiah menjelaskan bahwa iman mereka diproteksi, dipulihkan, ditopang,  dan diadakan kembali sehingga menjadi efektif lagi karena berada dalam genggaman kasih karunia ALLAH.

Beberapa kutipan ayat firman ALLAH di bawah ini adalah perkataan-perkataan Yesus kepada para muridNya sebagai suatu indikasi bahwa iman mereka sedang bermasalah dan bagaimana Ia mengatasinya untuk mereka kemudian memulihkan dan menimbulkan kembali iman itu. 

Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang tidak percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. – Matius 8:26 – 

Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"  – Matius 14:31 –

Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! – Matius 16:8 –

Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" – Markus 9:19 –

Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. – Markus 16:11 –

Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. 

Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. – Markus 16:13-14 –

Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian juga. – Matius 26:35 –

tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.– Lukas 22:32a –

Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.– Matius 26:56 –

Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu. – Yohanes 17:9 –

Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat. – Yohanes 17:15 –

Semua yang tersebut di atas, kembali menyadarkan kita bahwa bila kekuatan iman kita memudar, rapuh, patah bahkan kita sendiri menyadari bahwa iman itu telah tiada, kita masih tetap – dan untuk selamanya – berada dalam genggaman tangan TUHAN Yesus, BAPA YANG MAHAKASIH yang sangat tidak mungkin melepaskan kita – walau ada beberapa dari kita yang memintanya.

Kalau Yesus bisa melakukan untuk murid-murid-Nya, maka hal yang sama pun pasti berlaku atas kita, karena Dia tahu siapa kita (Mazmur 103:14). Itulah sebabnya Dia memposisikan diri-Nya sebagai pendoa syafaat kita.

"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka …" (Yohanes 17:20).

Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?  – Roma 8:33-35 –

Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. – Roma 5:16 –

Supaya Anda tahu dan menjadi sadar, seberapa terpuruknya kehidupan rohanimu atau tekanan permasalahan yang telah meluluhlantakkan imanmu atau mungkin sebaliknya kesenangan dunia nampaknya berhasil menarik dan kemudian melumpuhkan imanmu tapi – harap direkam baik-baik dalam memorimu fakta ini – adalah sesuatu yang sangat mustahil itu semua dapat membuat Anda terlepas dari genggaman erat kasih karunia Yesus Kristus yang telah melunasi segala hutang dosamu dengan darah-Nya sendiri. Genggaman tangan-Nya jauh lebih kuat dari semua permasalahan dan juga lebih kuat dari keinginan karena “kehendak bebas” Anda untuk melepaskan diri dari-Nya. 

Mari…, maju selangkah lagi.🚶‍♂️

[lanjut... Part-1️⃣7️⃣




Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:

Posting Komentar