Kita menggunakan berbagai istilah untuk menggambarkan rasa takut. Alkitab menggnakan kata-kata seperti ketakutan, takut, sangat takut, khawatir, cemas, gemetar, dan menggigil lebih dari 850 kali untuk melukiskan salah satu emosi inti manusia ini. Para profesional di bidang kesehatan menggunakan istilah seperti rasa takut, kecemasan, serangan kepanikan dan fobia untuk menjelaskan spektrum rasa takut yang kita miliki.
Ketakutan merupakan suatu sistem alarm internal yang bersifat segera dan kuat, memperingatkan kita akan adanya bahaya. Rasa takut menyiagakan seluruh diri kita – tubuh, pikiran, emosi – serta memusatkan perhatian kita pada satu tujuan utama : perlindungan. Rasa takut mempersiapkan diri kita untuk melarikan diri atau melawan bahaya yang dihadapi. Itulah sebabnya, kita perlu memahami rasa takut kita dengan benar agar bisa memberi respon yang tepat.
Rasa takut kerap disertai gejala-gejala fisik yang bersifat otomatis seperti ketegangan otot, napas tersengal-sengal, gemetar, jantung berdebar dan denyut nadi menjadi cepat. Kita tidak dapat memilih reaksi-reaksi tersebut. Riset medis modern telah membuka misteri otak. Kini kita mengerti bahwa sel-sel otak berkomunikasi dengan menembakkan impuls-impuls listrik antarsel dengan perantaraan zat kimia otak yang disebut neurotransmiter. Ilmuwan telah menemukan suatu kelompok sel berbentuk kacang almond kecil bernama amygdala. Ketika mendapat peringatan akan adanya bahaya, amygdala ini langsung mengaktifkan hampir semua sistem yang diperlukan di dalam tubuh untuk segera menangani bahaya yang dihadapi. Namun terkadang sistem tersebut gagal bekerja sehingga diperlukan campur-tangan medis untuk memulihkan keseimbangan dalam otak.
Para dokter tahu bahwa berkurangnya serotonin dan neurotransmiter lain dapat menimbulkan rasa takut, cemas, panik dan depresi yang tidak semestinya. Oleh karena itu penggunaan obat-obatan berdasarkan resep dokter dapat efektif mengurangi gejala-gejala yang melemahkan dari beberapa macam rasa takut.
Betapa pun menganggumkannya penemuan mengenai cara kerja otak kita dan besarnya manfaat pengobatan, kita harus berhati-hati untuk tidak berpikir bahwa ketakutan atau berbagai tanggapan emosional lainnya semata-mata hanya merupakan fungsi biologis. Ya, faktor biologi memang terlibat, tetapi ada pula hal lain yang turut berperan karena ketakutan juga merupakan salah satu pola penyerangan iblis untuk melumpuhkan iman.
Ketakutan terbagi atas tiga lingkup utama yakni dunia sekuler dan dunia rohani atau agamawi serta ketakutan natural. Suatu perasaan peringatan alami yang disebabkan pengharapan tentang bahaya, rasa sakit dan bencana yang segera datang di istilahkan sebagai bentuk ketakutan sekuler. Ketakutan agamawi adalah hasil dari rasa terpesona dan hormat kepada suatu kuasa tertinggi. Sedangkan suatu emosi yang diperlihatkan manusia, misalnya takut pada ketinggian, gelapnya malam, takut menonton film horor, fobia dan lain-lainnya dapat disebut sebagai ketakutan alami. Terkadang ketakutan merupakan suatu roh yang dapat menghalangi dan mencegah kita untuk maju ke dalam rencana TUHAN bagi kehidupan kita. Ketakutan lebih bersifat praktikal (hal-hal yang berhubungan dengan keseharian kehidupan seseorang). Ketakutan dapat membunuh potensi atau kemampuan seseorang dalam bertindak atau meraih hal-hal positif yang telah direncanakan. Tidak berani, lebih suka bersembunyi dan menghindari persoalan atau tantangan, bersikap pengecut, tidak suka mengambil resiko adalah beberapa indikasi yang dapat dilihat pada seseorang yang sedang menikmati ketakutan.
Ketakutan merembes masuk melalui perasaan lalu menguasai pikiran dan mengontrol kehendak. Bila ketakutan telah mendominasi perasaan maka pikiran kita akan segera diterornya, yang kemudian bermuara pada pelumpuhan iman. Jika ia berhasil menciptakan sebuah gambar dalam pikiran seseorang dan membuat orang tersebut mempercayainya maka ia dapat memanipulasi orang itu untuk melakukan pekerjaannya dan menjadi asisten dalam perluasan kerajaannya.
Sebelum dosa terjadi, ketakutan tidak ada. Kisah pertama tentang ketakutan dalam Alkitab adalah pada saat Adam berkata, "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, …” Dosalah yang membuat Adam mengalami ketakutan ketika mendengar bunyi langkah Yahweh. Itulah pertama kalinya dalam hidup mereka, rasa takut mencengkram hati Adam dan Hawa karena sesuatu yang telah hilang dari diri mereka dan Pribadi yang harus mereka hadapi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Sumber ketakutan mereka muncul dari ketidaktaatan yang mendatangkan bahaya, terputusnya hubungan dan keputusasaan.
Seseorang yang digerakkan oleh ketakutan siap mempercayai desas-desus tanpa memeriksa fakta dan akan menjalani kehidupan yang tersiksa terus-menerus. Ketakutan melepaskan kuasa Iblis dan menyebabkan kerusakan dalam kehidupan orang-orang. Ketakutan adalah intisari roh dunia ini. Anda perlu menyadari bahwa iman berasal dari TUHAN dan ketakutan berasal dari Iblis (simak 2 Timotius 1:7). Iblis tidak pernah menciptakan suatu apa pun, yang dilakukannya hanyalah mengacaubalaukan atau memutarbalikkan iman.
Ketakutan manusia telah dijuluki musuh umat manusia yang paling mematikan. Dokter telah membuat daftar yang berisikan lebih dari empat puluh penyebab ketakutan yang diderita manusia. Memang memalukan bahwa kebanyakan orang Kristen termasuk dalam bilangan orang duniawi, dalam kaitannya dengan ketakutan. Alkitab mencatat, “…Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa” (Roma 14:23b). Jadi, ketakutan yang bercokol dalam diri orang Kristen adalah dosa.
Saya akan memberikan alasannya mengapa Anda dilarang takut.
"Sebab Theos kepada kita bukan roh ketakutan … " (2 Tim. 1:7).
Jadi, karena bukan TUHAN yang telah memberikannya kepada Anda, apakah yang hendak Anda lakukan dengan ketakutan itu?
Franklin D. Roosevelt, – mantan presiden Amerika, era tahun 1930-an – berpidato pada tanggal 3 Maret 1933 untuk membangkitkan dan memulihkan semangat juang bangsanya yang sedang terpuruk dalam depresi besar, mengatakan, “tidak ada yang harus ditakuti dalam dunia ini kecuali ketakutan itu sendiri”. Ketakutan mengantar dan memasukkan kita kedalam kubangan ketidakberdayaan memutuskan dan bertindak setelah menyedot seluruh kekuatan iman kita. Ketakutan, seperti halnya penyakit parkinson – membuat orang yang mengidapnya selalu gemetaran karena fungsi syaraf terganggu – menyebabkan penderitanya kehilangan syaraf sensorik rohani untuk mempergunakan selengkap senjata ALLAH dan kuasa atau otoritas yang telah diberikan Kristus pada setiap pribadi yang percaya pada-Nya (baca Efesus 6:10-13, Lukas 10:19).
Kalau iman adalah suatu pengharapan bahwa TUHAN setia, sebab itu setiap orang yang beriman mengharapkan bahwa TUHAN pasti menepati janji-Nya, maka ketakutan merupakan lawan daripadanya. Ketakutan adalah suatu pengharapan bahwa TUHAN tidak akan setia; dan karenanya setiap orang yang ketakutan mengharapkan bahwa TUHAN tidak akan menepati janji-Nya.
Beberapa cuplikan kalimat yang terdapat dalam buku The Gift of Fear oleh Gavin De Becker kiranya dapat membantu Anda untuk memahami ketakutan :
“Kenyataan bahwa Anda takut pada sesuatu adalah bukti nyata bahwa itu tidak sedang terjadi. Ketakutan memanggil sumber-sumber prediksi yang kuat yang memberitahukan kita apa yang mungkin terjadi kemudian. Yang mungkin terjadi kemudian itulah yang kita takuti….. Suatu contoh yang secara hurufiah menggelikan menolong memperlihatkan ini : sementara Anda berdiri dekat pinggir sebuah tebing yang tinggi, Anda mungkin takut terlalu dekat. Jika Anda berdiri tepat di pinggir, Anda tidak lagi takut terlalu dekat, Anda sekarang takut jatuh …. [kemudian] jika Anda memang jatuh, Anda tidak lagi takut jatuh – Anda takut mendarat…. Panik adalah musuh besar daya tahan hidup, dapat dirasakan sebagai suatu rangkaian ketakutan yang tidak dapat diatur."
Apa yang Anda takuti jarang merupakan apa yang Anda kira Anda takuti – itu hanyalah apa yang Anda hubungkan dengan ketakutan. Ambillah apa pun di sekitar Anda yang pernah menimbulkan ketakutan mendalam dan hubungkanlah itu dengan masing-masing akibat yang mungkin terjadi. Jika itu memang ketakutan nyata, ketakutan itu akan ada dalam kehadiran bahaya sekarang, atau akan berhubungan dengan rasa sakit atau kematian. Saat kita mendapatkan suatu tanda ketakutan, intiusi kita telah membuat banyak hubungan. Untuk dengan terbaik menanggapi, bawalah hubungan-hubungan itu ke dalam kesadaran dan ikutilah semuanya pada akibat yang beresiko tinggi – jika semuanya menuntun ke sana. Saat kita memusatkan perhatian pada satu hubungan saja, misalnya, ketakutan pada banyak yang sedang berjalan ke arah kita pada suatu jalan yang gelap melebihi daripada ketakutan akan disakiti seseorang yang sedang berjalan ke arah kita pada suatu jalan yang gelap; ketakutan itu sia-sia. Itu karena banyak orang mendekati kita – hanya beberapa orang yang mungkin menyakiti kita. Penelitian-penelitian telah memperlihatkan bahwa setelah ketakutan akan kematian ada ketakutan berbicara di depan umum. Mengapa seseorang akan merasa ketakutan mendalam jauh di dalam perutnya, untuk berbicara di depan umum, yang begitu jauh dari kematian? Orang-orang yang takut berbicara di depan umum sebenarnya takut kehilangan identitas kalau-kalau penampilannya buruk, dan itu berakar kuat dalam kebuTUHAN-kebuTUHAN kita untuk bertahan hidup”.
Ketakutan memberi peluang besar pada Iblis untuk memperoleh keuntungan ketika kita berada dalam masa-masa pengujian iman. Iblis dan antek-anteknya akan menanamkan suatu “pengharapan” dalam hati kita bahwa TUHAN akan mengecewakan kita. Saat kita berusaha berdiri di atas janji-janji TUHAN, Setan – seperti cara Screwtape Letters karya Lewis – akan berbisik, “engkau tidak dapat mengandalkan TUHAN untuk melakukannya!” Setan mempunyai banyak cara untuk menyampaikan ini pada kita. Ia mempunyai versi karunia-karunia rohaninya sendiri. Ia akan menggunakan visi, pemikiran dan nasihat yang kita terima dari orang-orang lain, menyadap laporan-laporan berita, musik dan tanda-tanda jasmani, dan menaruh kita dalam kekacauan emosional untuk tetap menyandera kita dalam ketakutan. Chuck D. Pierce dan Robert Heidler, penulis buku “Mengembalikan Perisai Iman Anda” dengan tepat mengatakan, “Setan mempunyai banyak strategi untuk membuat kita ketakutan dan semua itu dirancang untuk menghancurkan iman kita.” Ketakutan adalah suatu roh.
Ketakutan telah merajalela hampir ke seluruh penjuru dunia. W. H. Auden, pada tahun 1947 menulis puisinya dengan judul “Age of Anxiety” (Zaman Kecemasan) dimana isinya memprediksikan suatu masyarakat yang dihantui oleh rasa takut pada paruh terakhir abad ke-20. Sejak penemuan bom atom, dunia terancam kehancuran global. Albert Camus menjulukinya sebagai “Abad Ketakutan”.
Pada awal abad ke-21, ancaman itu tidak lenyap malah semakin mengerikan. Kita hidup di bawah ancaman terorisme global – bom mobil, bom bunuh diri, pesawat yang ditabrakan ke gedung pencakar langit. Kita takut terhadap surat bervirus antrax, kereta bawah tanah yang dipenuhi gas beracun dan penembak gelap yang berkeliaran di Mal.
Dunia internasional terguncang ketika pesawat teroris meluluhlantakkan gedung Pusat Perdagangan Dunia (WTC) di Amerika, 11 September 2001. Namun di beberapa bagian dunia yang lain, seperti Irak, Iran, Afganistan, Afrika, sudah bertahun-tahun di cengkram terorisme. Hampir setiap hari rakyat Spanyol menghadapi ledakan bom selama 20 tahun terakhir. Rakyat Palestina dan bangsa Israel telah belajar “hidup berdampingan” selama berpuluh-puluh tahun dalam lingkup atmosfir kebencian dan balas dendam. Para martir Kristen yang jadi korban kebrutalan dan kebencian, secara grafis meningkat tajam melebihi yang pernah terjadi sebelumnya, pada abad ini.
Tak ada lagi tempat yang aman untuk melarikan diri dari teror dendam dan kebencian yang hampir memenuhi planet ini. Di Indonesia sendiri, pada masa Orde Baru, orang masih bisa menghirup udara ketenangan, keamanan, toleransi antar umat beragama dan beberapa udara segar lainnya bila dibandingkan dengan Orde Reformasi saat ini yang menghembuskan badai kebebasan yang tak terkendali dan liar serta kebablasan penegakkan hukum yang diskriminatif. Ketakutan memang berdampak global, tapi bisa juga sangat pribadi.
Banyak orang berjuang mengatasi ketakutan yang sangat melemahkan iman. Gangguan kecemasan, – kecemasan umum, kepanikan, fobia, kegelisahan, ketegangan, stress, depresi adalah masalah kesehatan mental nomor satu di Indonesia saat ini. Tiap orang mengalami rasa takut yang berbeda sepanjang hidupnya. Misalnya, setiap kali membaca media selalu saja ada sesuatu yang dapat memicu rasa takut. Segala sesuatu, mulai dari kejahatan yang semakin kejam hingga kelesuan ekonomi, permasalahan internal keluarga/rumah tangga bisa membangkitan rasa takut.
Ketakutan memiliki banyak bentuk, antara lain, kuatir tentang pemikiran orang lain mengenai Anda, cemas yang berlebihan tentang apakah Anda dapat diterima di universitas impian Anda padahal Anda sudah mempersiapkan diri secara maksimal waktu mengikuti tes masuk tetapi Anda tidak punya cukup uang dan koneksi orang dalam untuk memuluskan keinginan Anda. Rasa takut itu seperti bongkahan yang tidak mengenakkan di dalam perut, dan membuat Anda berharap suatu saat – yang tidak pernah Anda tahu persis – bisa menghilang dengan sendirinya.
Ketakutan digambarkan sebagai aliran kebimbangan kecil yang mengalir melalui pikiran kemudian berubah menjadi sebuah terusan besar kemana semua pikiran Anda mengalir. Ketakutan-ketakutan kecil, hampir tidak terasa, dapat terbentuk hari demi hari sampai kita menyadari bahwa diri kita sendiri dilumpuhkan olehnya dan tidak bisa berfungsi. Craig Massey mengklasifikasikan ketakutan ke dalam enam kelompok yang umum dihadapi, yakni kemiskinan, kecaman, kehilangan cinta, penyakit, usia tua dan kematian.
Ketakutan juga dapat menampakkan wajahnya yang lain seperti, ketakutan terhadap terjadinya kegagalan, ketakutan terhadap tanggungjawab atas perbuatan sendiri atau atas tanggungjawab yang dipercayakan dalam melaksanakan tugas. Ketakutan yang sering meneror orang Kristen adalah ketakutan akan masa lalu mereka yang gelap, kegagalan-kegagalan yang pernah dibuat dan berbagai hal buruk lainnya yang pernah terjadi di masa lalu. Ketakutan tidaklah berhenti disitu; ia juga membuat orang Kristen merasa takut menghadapi masa depannya sendiri. Ketakutan juga menjalar melalui berbagai jenis sakit-penyakit; ini yang paling sering terjadi.
Ketakutan memperlihatkan keburukan kita yang terparah. Ketakutan menyebabkan keluhan, ketidakpercayaan, perbuatan yang saling menuduh dan keputusasaan. Ketakutan membuat kita kehilangan janji-janji yang menyatakan bahwa kita dapat melakukan semuanya melaiui Dia yang memberikan kekuatan kepada kita. Kita kehilangan kehilangan kesanggupan untuk melihat semua dalam keadaan yang sebenarnya. Semakin besar ketakutan itu, semakin lemah pemahaman iman kita.
[lanjut... Part-🔟]
✋Salam Hyper Grace dalam Bapa Yesus

0 comments:
Posting Komentar